“Kalau ada orang yang yang berpendapat haram itu terserah. Tapi di sini enggak dipermasalahkan,” ujar Rahmadin.
“Ya kalau menurut mereka mengucapkan selamat natal tidak boleh, ucapkan selamat saja. Hidup itu kan harus selamat. ‘Selamat ya!’ udah gitu aja, enggak usah pusing-pusing,” tambah Rahmadin.
Beberapa orang di Kampung Sawah memiliki marga di akhir namanya. Ada sekitar 70 marga yang khas dimiliki warga Kampung Sawah, antara lain seperti Nataneal, Napiun, dan Niman.
Orang dengan marga-marga itu adalah bagian dari keuturunan orang-orang pertama yang tinggal di Kampung Sawah.
“Identitas ini menjadi pengenal bahwa kita ini saudara. Kendati beda marga tetapi kita berasal dari satu daerah, Kampung Sawah,” ujar Jacob yang merupakan generasi ke-5 dari keluarga bermarga Napiun.
"Jadi dulu antara daratan dan sawah, di sini lebih banyak sawah. Kampung Sawah ini memanjang dari utara ke selatan, terus sebelah timurnya sawah, tapi sekarang sudah jadi Komplek Purigading dan sebelah baratnya juga sawah terus sekarang udah jadi perumahan juga,” ujar Rahmadin.
Saking dipenuhi dengan sawah, Tris juga bercerita bahwa saat ia kecil kalau ke luar rumah yang ia lihat adalah sawah, bukan rumah orang.
"Jalanan betul-betul tanah semua, berlumpur pula karena sawah," ujar Tris.
Tidak disangka ternyata kampung yang sering disebut Kampung Lintas Agama ini warganya sudah ruku dengan segala keberagamannya sejak tanahnya masih penuh dengan sawah sampai sudah bertransformasi menjadi pemukiman.
"Di sini itu tidak ada yang namanya mayoritas dan minoritas, semuanya sama. Jadi untuk apa bersitegang?" ujar Jacob.
"Harusnya yang menjadi pertanyaan bukan kenapa kampung kami bisa bertoleransi tetapi kenapa daerah lain ada yang tidak bisa?" ujar Rahmadin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.