"Di situ sudah mulai ragu. Hati saya ragu karena katanya mulai hari ini pukul 00.00 WIB, tak boleh melakukan penerbangan penumpang," katanya.
"Di situ aku langsung mikir, kalau enggak bisa pulang berarti aku mati kelaparan di Jakarta. Sebab, aku sudah enggak ada uang simpanan sama sekali," ungkapnya.
"Ditambah hari ini kosan terakhir. Saya makanya sudah ragu. Kalau gagal berangkat, siapa yang mau nanggung hidup saya?" tambah dia.
Baca juga: Larangan Mudik, 1.181 Kendaraan di Tol Jakarta-Cikampek Dipaksa Putar Balik
Datang lebih awal
Akhirnya, hari yang ditunggunya pun tiba. Ia mengaku tak bisa tidur usai sahur hari pertama.
Ia mulai mencari informasi bagaimana kondisi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta.
Yani kemudian memilih untuk berangkat ke bandara lebih cepat.
"Dari di kosan saya sudah tanya teman soal Bandara Soetta ada penerbangan atau enggak. Makanya, ini saya berangkat lebih awal," lanjutnya.
Sesampainya di lokasi, raut wajah Yani terlihat gusar. Sambil membawa barang bawaannya, ia bertanya ke pusat informasi dan sejumlah petugas untuk kepastian keberangkatannya hari ini.
"Tadi nanya, tapi masih disuruh tunggu. Alhamdulillah ada kabar baik dan saya sudah bisa lakukan check in tiket," katanya.
Karantina mandiri
Yani mengatakan, keluarganya di Padang sudah menyiapkan ruangan untuk dirinya melakukan karantina mandiri selama 14 hari sesuai protokol kesehatan.
"Jadi di sana sudah disiapkan kamar. Saya akan karantina mandiri selama 14 hari dan ada persyaratan yang sudah disiapkan," ungkapnya.
Kamar yang disiapkan oleh keluarga Yani ialah kamar paling depan dengan sirkulasi udara lebih baik.
"Keluarga di kamar belakang dan kamar saya di depan. Jadi kalau mau berjemur saya bisa keluar lewat jendela," katanya.