Namun, ia mengaku ogah naik kendaraan umum di masa pandemi Covid-19 ini. Sebab khawatir tingginya risiko penyebaran Covid-19 di transportasi umum.
Apalagi di rumah ia memiliki orangtua yang umurnya 50 tahun ke atas yang riskan tertular Covid-19.
“Kita enggak tahu bahwa di kendaraan umum apakah benar-benar orang yang memang sehat-sehat aja atau OTG, terus kita jadi carrier ke orang di rumah. Orangtua kita juga usianya udah di atas 50. Takutnya saya kuat, orangtua saya yang rawan,” kata Leony.
Baca juga: Sepekan Ini, Sistem Ganjil Genap bagi Mobil dan Motor Belum Diterapkan di Jakarta
Menurut Leony, semenjak PSBB transisi, banyak masyarakat yang sudah mulai beraktivitas di luar rumah dan menimbulkan kemacetan.
Sehingga memang diperlukan ganjil genap untuk membatasi orang berpergian.
“Sebetulnya lebih bagus dibuat ganjil genap itu motor. Karena kalau diitung jumlahnya motor dan mobil, lebih banyak persentase motor di jalan raya. Kalau motor diterapkan ganjil genap kan bisa ngurangi setengah kemacetan di Jakarta,” kata Leony.
Kekhwatiran juga dirasakan Mita (24), pekerja swasta di kawasan Jakarta Timur.
Ia naik kendaraan pribadi ke kantor selama pandemi Covid-19. Menurut dia, jika ganjil genap diterapkan, maka makin banyak masyarakat menggunakan kendaraan umum.
Sebab tak semua orang punya kendaraan pribadi lebih dari satu dengan pelat nomor ganjil dan genap.
“Saya enggak setuju banget kalau diberlakuin ganjil genap. Jika ini diberlakukan sama aja Pemerintah nyerahin kita sama Corona pelan-pelan. Padahal kita udah aware banget sama badan dan social distancing,” ucapnya.
“Kan enggak semua kendaraan umum dan penumpang yang lain peduli bersih atau bisa dipercaya jaga jarak dengan baik,” tambah Mita.
Ia tak masalah macet-macetan di jalan dibanding harus naik kendaraan umum.
Bahkan, dia bersikeras jika nantinya ganjil genap diterapkan, ia akan tetap bawa kendaraan pribadi.
“Kalau itu sampai terjadi, ya bakal bandel bawa mobil sih. Soalnya masih takut banget naik transportasi umum. Enggak apa-apa macet tapi terjaga jaga jaraknya,” kata Mita.
Jika memang Pemerintah menerapkan ganjil genap, Mita menyarankan harus menambah transportasi umum lebih dulu.
Sebab akan banyak yang beralih menggunakan transportasi umum jika ganjil genap diterapkan.
“Ya kalau ganjil genap diterapkan, Pemerintah harus siap nyediain transportasi lebih buat masyarakat. Atau Pemerintah mau kasih uang lebih pekerja untuk naik taksi online maupun kantor siapkan antar jemput,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.