Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bulan Pelonggaran PSBB, Kasus Covid-19 di Depok Melonjak

Kompas.com - 05/08/2020, 06:43 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Itu artinya, dalam 6 hari terakhir, jumlah pasien dirawat karena positif Covid-19 bertambah 71 orang sekaligus.

3. Angka kematian

Selama 2 bulan sejak PSBB diperlonggar, yakni periode 5 Juni-4 Agustus 2020, ada 20 orang yang meninggal dunia terkonfirmasi akibat Covid-19.

Dibandingkan dengan 2 bulan sebelumnya, yakni 5 April-4 Juni 2020, jumlah korban meninggal hanya selisih 2 korban jiwa.

Pada periode tersebut, ada 22 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di Depok.

Data tersebut menunjukkan, sesudah menangani pandemi selama 5 bulan, rupanya pengendalian kematian pasien positif Covid-19 di Depok tak membaik secara signifikan.

Mari perhatikan tren kematian pasien positif Covid-19 di Depok sejak pelonggaran PSBB.

15 Juni-4 Juli 2020

Grafik sempat stagnan pada jumlah 34 kematian dalam periode yang cukup lama yakni 3 pekan.

6 Juli-17 Juli 2020

Angka kematian kembali stagnan di angka 36 korban jiwa, namun periodenya lebih pendek.

18 Juli-27 Juli 2020

Dalam sepuluh hari, 5 pasien positif Covid-19 wafat. Itu artinya, jumlah korban jiwa bertambah 1 orang setiap 2 hari sekali.

Sampai 27 Juli 2020, ada 42 pasien positif Covid-19 wafat di Depok.

28 Juli-30 Juli 2020

Jumlah korban jiwa mulai menanjak drastis. Dalam 3 hari, 6 pasien positif Covid-19 meninggal di Depok.

31 Juli-4 Agustus 2020

Dalam 5 hari terakhir, jika dirata-rata, 1 pasien positif Covid-19 meninggal setiap 2-3 hari. Terkini, Pemkot Depok mengumumkan total 50 orang wafat karena Covid-19.

Di sisi lain, menurut standar WHO, kematian akibat Covid-19 bukan hanya kematian para pasien positif, melainkan juga para suspek (ODP dan PDP) yang meninggal.

Sebab, PDP dan ODP yang wafat kemungkinan terjangkit Covid-19, namun belum sempat dites di laboratorium hingga saat meninggal dunia, menilik jumlah dan kecepatan tes Covid-19 di Indonesia masih kurang.

Ironisnya, Pemkot Depok justru berhenti mengumumkan data kematian PDP di Depok. Upaya konfirmasi Kompas.com tentang berhentinya prosedur ini juga tak digubris.

Data terakhir yang diumumkan pada 19 Juli 2020, sudah 122 PDP wafat sebelum dites Covid-19.

Data Kompas.com menunjukkan, sejak PSBB berlaku di Depok pada 15 April 2020, angka kematian PDP rata-rata 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan kematian pasien positif Covid-19.

Kota Depok masih menjadi kota dengan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat, yakni 1.306 kasus.

Sebagai perbandingan, di luar Depok, belum ada kota atau kabupaten lain di Jawa Barat yang menembus total 1.000 kasus positif Covid-19, berdasarkan situs resmi penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat https://pikobar.jabarprov.go.id/data.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com