Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan dari Bekasi, Tanah Patriot dan Para Jawara yang Sulit Ditaklukkan Belanda

Kompas.com - 16/08/2020, 12:05 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Daerah lain direbut Belanda dalam sekejap, Bekasi butuh 2 tahun

Setelah pendaratan pesawat pada November 1945, tanpa dinyana sekurangnya 26 tentara Sekutu dilibas oleh para jawara Bekasi. Tak ayal, insiden ini memicu peristiwa yang lebih besar skalanya. Sekutu membakar pusat kota dan kampung-kampung di Bekasi pada 13 Desember 1945.

Di lain sisi, Jakarta sudah ditetapkan sebagai kota diplomasi oleh Perdana Menteri Sjahrir, sehingga Tentara Keamanan Rakyat (TKR) diperintahkan mundur keluar Jakarta.

Awal tahun 1946, kondisi darurat akhirnya bahkan mendesak Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Jakarta dikuasai Belanda dan Sekutu.

Baca juga: Mengenang Peristiwa Pembakaran Bekasi dari Tugu Perjuangan...

Tentara Indonesia sudah ada di luar Jakarta. Persebarannya paling banyak di sisi timur: Bekasi, Cikarang, Cikampek, Karawang.

Pada gilirannya, karena berdampingan langsung dengan Jakarta, Bekasi menjadi medan terdepan pertempuran dengan Belanda meskipun pusat komando ada di Karawang. Ketika itu, tapal batas antara tentara Belanda dengan tentara nasional ada di Kali Cakung yang membentang hingga Cilincing serta Kali Buaran yang memanjang sampai Cileungsi.

Ali Anwar menyatakan, Bekasi punya keistimewaan tersendiri dibandingkan daerah-daerah lain sehingga layak dinobatkan sebagai Kota Patriot. Hanya untuk menguasai Bekasi, Belanda dan Sekutu menghabiskan waktu hingga kurang lebih 2 tahun.

“Bayangkan, April 1946, Belanda sudah bisa masuk ke Bandung, dengan sebelumnya lewat Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tapi, bulan Juni 1946, Belanda cuma baru menguasai wilayah yang awalnya dari Kali Cakung, sampai ke Kali Bekasi,” jelas Ali.

Serangan Belanda secara bertubi-tubi pada 10 Juni 1946 sedikit-banyak menyobek front terdepan pertahanan Bekasi di Kali Cakung sampai sebelah barat Kali Bekasi.

Untuk membendung ekspansi pasukan Belanda, pejuang Bekasi memutus jembatan jalan raya Kali Bekasi tiga hari berselang.

Perjanjian Linggarjati kemudian menggeser tapal batas Bekasi, mundur dari Kali Bekasi ke Kali Ciketing, Sasak Jarang, sebelah timur Bulak Kapal.

Baca juga: Detik-detik Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, Lautan Manusia yang Bergelora...

Itu terjadi pada Maret 1947. Di sisi lain, sistem pertahanan yang kalah canggih dibandingkan Belanda membuat para pejuang Bekasi terus terdesak mundur.

Nyaris 2 tahun bertempur dengan segala daya dan upaya, pertahanan Bekasi mulai keropos ketika Laskar Rakyat Jakarta Raya, yang mulanya berbagi barak dengan tentara Indonesia, malah memberontak dan berkhianat.

Pemberontakan yang menjalar dari Tambun sampai Karawang itu meletus pada 1947 dan menimbulkan perang saudara. Anggota laskar kemudian didepak; sebagian besar melarikan diri ke Jakarta.

Saat kekuatan Indonesia mengendur akibat pemberontakan itu, Belanda melancarkan agresi militer pertamanya pada 21 Juli 1947. Pertahanan Bekasi akhirnya beset sampai Karawang.

Pada 9 Desember 1947, Belanda menghabisi penduduk Dusun Rawagede yang terletak di antara Karawang-Bekasi. Peristiwa itu dikenang sebagai Pembantaian Rawagede dan telah dinyatakan sebagai kejahatan perang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com