Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan dari Bekasi, Tanah Patriot dan Para Jawara yang Sulit Ditaklukkan Belanda

Kompas.com - 16/08/2020, 12:05 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Militansi yang bikin merinding prajurit Belanda

“Para pejuang selalu mengatakan, Bekasi yang paling sulit ditembus. Belanda untuk menembus Bekasi dengan semua daya dan upaya, termasuk militernya yang paling kuat. Itu masih agak sulit menembus Bekasi,” kata Ali berdasarkan kesaksian para pejuang yang ia temui.

Pejuang Bekasi, sebut Ali, tak hanya sibuk bertahan. Mereka, bersama para tentara, kerap bergerilya melancarkan serangan sporadis terhadap penjajah. Apalagi, warga Bekasi dikenal sebagai kampungnya para “jawara”.

Baca juga: Alun-alun Bekasi Menyimpan Kisah Tuntutan Rakyat Pisahkan Diri dari Batavia

“Bekasi dijajah empat lapis. Belanda, Jepang, tuan-tuan tanah Cina, dan pribumi yang berkhianat. Itu menciptakan kemiskinan ekonomi dan pendidikan. Akhirnya, Bekasi melahirkan jawara yang melakukan perlawanan. Begitu masuk era revolusi, mereka muncul kembali, bergabung ke NKRI melawan. Walaupun tidak bisa dimungkiri, beberapa jawara juga jadi pengkhianat,” tutur Ali.

Rakyat melawan dengan senjata apa pun, namun utamanya golok. Senjata yang telah dipakai saban hari oleh orang Bekasi ini akhirnya menjelma ujung tombak peperangan dan kelak menjadi simbol Kabupaten Bekasi.

Sulitnya menundukkan Bekasi, lanjut Ali, bahkan membuatnya seolah-olah neraka bagi para prajurit Belanda.

Ali mengklaim, ada istilah “sindrom Bekasi” pada zaman itu ketika para prajurit Belanda pura-pura sakit agar tak dikirim berperang ke Bekasi. Mereka ngeri dengan tingkat militansi para jawara dan tentaranya.

“Lebih dari itu, orangtua-orangtua di Bekasi bahkan menghibahkan anaknya untuk masuk dalam pasukan tentara,” kata Ali, mengutip kesaksian Komandan Batalyon V Bekasi saat itu, Mayor Sambas Atmadinata.

“Yang bikin Mayor Sambas bangga, kalau anak Bekasi berjuang lalu meninggal di medan tempur, orangtuanya tidak menangis, karena anaknya meninggal sebagai syuhada, berjuang untuk kepentingan bangsa, negara, dan agama. Tidak ada tuntutan jika anaknya meninggal di medan tempur. Berbeda dengan di tempat lain,” kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com