JAKARTA, KOMPAS.com - Sekilas tak ada yang spesial dari bangunan tua bersejarah yang dibangun di Jalan Dr Abdul Rahman Saleh No 26 RT 4 RW 5 Kecamatan Senen Jakarta Pusat itu.
Arsitektur tua khas bangunan-bangunan di masa pemerintahan kolonial Belanda masih terpelihara rapih, yang kini dinamakan Museum Kebangkitan Nasional.
Arsitektur tua itu bukan dibuat-buat. Usia gedung ini justru lebih tua dari Republik Indonesia berdiri. Arsip Kompas mencatat bangunan tua bersejarah ini dibangun di awal tahun 1899 dan selesai pembangunan setelah memakan waktu tiga tahun.
"Pembangunan gedung tersebut dimaksudkan sebagai gedung sekolah untuk mendidik dokter-dokter pribumi," tulis Harian Kompas edisi 31 Januari 1981.
Baca juga: Gelora dari Rengasdengklok, Amarah Bung Karno dan Desakan untuk Merdeka
Sekolah itu dinamakan STOVIA, yang merupakan singkatan dari School Tot Opleiding Van Inlands Artsen atau sekolah kedokteran untuk masyarakat pribumi kala itu.
Dalam "Buku Panduan Museum Kebangkitan Nasional" yang diterbitkan tahun 2010, pembangunan gedung sekolah kedokteran untuk masyarakat pribumi bukan tanpa alasan.
Latar belakang dibangunnya sekolah itu diperuntukan karena wabah penyakit menular seperti tipes, kolera, disentri dan berbagai macam penyakit lainnya sedang merebak di daerah Banyumas dan Purwokerto tahun 1847.
"Wabah penyakit tersebut tidak dapat dibrantas oleh tenaga medis pemerintahan Hindia Belanda yang jumlahnya terbatas," tulis buku tersebut.
Baca juga: Kisah Perjuangan dari Bekasi, Tanah Patriot dan Para Jawara yang Sulit Ditaklukkan Belanda
Saat itu STOVIA masih belum memiliki gedung sendiri dan menumpang di Rumah Sakit Militer Weltevreden pemerintahan Batavia. Beranjak enam tahun, 11 lulusan pertama STOVIA berhasil membantu pemerintahan Belanda untuk mengentaskan penyakit cacar yang sedang merebak.
Seiring berjalannya waktu, STOVIA tak lagi diisi murid yang hanya berasal dari Pulau Jawa. Beberapa dari mereka terdapat orang Minangkabau yang saat ini Sumatera Barat dan orang-orang Minahasa dari Sulawesi.
Barulah pada tahun 1899 dibangun gedung baru dengan bantuan tiga pengusaha Belanda yaitu P.W Janssen, J. Nienhuys dan H.C van den Honert dan pembangunan berhasil selesai pada 1902.