Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Hati Maman Sang Penggali Makam Covid-19: Takut, Lelah, hingga Kapan Pandemi Berakhir?

Kompas.com - 02/09/2020, 17:15 WIB
Walda Marison,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Maman kini sedang santai di kontrakannya di Jalan Bunut, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Rabu (2/8/2020).  Dia rehat sejenak dari pekerjaanya sebagai petugas makam khusus Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon.

Ya, libur satu hari benar-benar dimanfaatkan Maman untuk memulihkan semangat dan tenaga sebelum kembali menenteng cangkulnya, menggali liang lahat.

Memang tak dimungkiri, sudah ratusan jenazah Covid-19 yang Maman bantu gali dan sediakan makamnya. Akhirnya Maman sampai pada titik di mana dia merasa lelah, sedih, dan takut.

Semakin sering Maman memakamkan jenazah korban Covid-19, ia kian menyadari bahwa betapa mengerikannya wabah ini. Jenazah datang tiada henti.

“Saya sedih saja, kenapa enggak ada berakhirnya? Semuanya juga, sebenarnya sudah lelah,” kata Maman saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (2/9/2020).

Baca juga: Isi Hati Dokter Penyintas Covid-19: Kesal dan Jengkel Lihat Warga yang Tak Takut Corona

Bayangkan, Maman yang tergabung dalam petugas TPU kelompok D bisa memakamkan 20 sampai 30 jenazah Covid-19 per hari atau bahkan bisa sampai 180 jenazah tiap satu minggu.

Kenyataan pahitnya, Maman mengakui bahwa lahan TPU Pondok Ranggon yang digunakan untuk pemakaman korban Covid-19 semakin berkurang. Tersisa beberapa hektar lagi, kata dia.

“Kalau untuk berapa (total jumlah) jenazah, mungkin seribu atau dua ribu jenazah masih bisa,” ucap dia.

Takut bukan milik Maman semata. Keluarga Maman yang tinggal di kawasan Halim, Jakarta Timur juga merasakan hal yang sama.

Mereka khawatir Maman justru menjadi korban Covid-19 selanjutnya. Namun, apa lacur, Maman tak mungkin menolak tugas.

Baca juga: Empat Remaja Penabrak Petugas Tertunduk Lesu Saat Satpol PP Buka Peti Mati Covid-19

“Keluarga juga komplain, saya bilang jangan komplain sama saya, saya cuma petugas,” tegas Maman.

Maman sudah menjadi petugas sejak 1989, dengan mengawali karier di TPU Cipinang Asem, Halim, Jakarta Timur. Namun, Maman dipindah tugaskan ke TPU Pondok Ranggon sejak 2016 lalu.

Dengan pengalaman sebagai petugas makam selama puluhan tahun, mustahil rasanya Maman menolak tugas memakamkan jenazah Covid-19, seperti yang diharapkan keluarga.

Walau Maman sadar betul ada istri dan anak yang harus dia lindungi di rumah.

Selama bertugas, Maman menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, mulai dari baju hazmat, sarung tangan, masker dan sepatu boots.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com