Kemudian, dia juga memposisikan dirinya seakan-akan seorang pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19 untuk mengenyampingkan kekhawatirannya.
Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19: Gejala Mirip Demam Berdarah hingga Teriakan Minta Tolong
"Saya memposisikan diri bahwa saya positif Covid-19, jadi motivasinya seperti itu," kata dia.
Keberanian Endang berinteraksi dan merawat para pasien Covid-19 di tempat isolasi membuat heran sejumlah pihak, termasuk juga pasien yang sedang dirawatnya.
Endang menceritakan, terdapat seorang pasien yang kerap menangis karena merindukan keluarganya. Terlebih, ada anggota keluargaya yang meninggal dunia ketika pasien itu sedang menjalani karantina.
"Dia menangis, artinya kan dia ingin dipeluk ya. Saya peluk sampai dia tenang. 'Dia tanya kok Ibu mau peluk, emang enggak takut?'. Artinya kan orang selama ini takut sama dia," ungkapnya.
"Akhirnya saya peluk ketika itu, saya menggunakan APD. Saya bilang, saya hanya takut sama Allah, saya tidak takut sama virus," ucap Endang.
Pengalaman Endang menghadapi pasien Covid-19 tak sekadar mereka yang khawatir mendapat 'sanksi sosial' dari masyarakat sekitarnya
Tetapi juga pasien yang mengaku sudah tak lagi memiliki semangat sembuh dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena paparan Covid-19.
"Bahkan pernah sampai ada yang mau bunuh diri. Pasien laki-laki, dia berpikirnya akan mati. Sudah tidak bisa hidup lagi besok, karena dia ada diabetes, terus penciumannya sudah tidak ada," tutur Endang.
Baca juga: Kisah Pilot Jadi Pedagang Mi Ayam Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Dia tidak menceritakan secara detail bagaimana pasien itu hendak mengakhiri hidupnya ketika malam hari. Tetapi, saat mendapati hal itu, Endang langsung berupaya melakukan pendekatan dan membangkitkan semangat pasien tersebut.
Kala itu, Endang pun menemani dan mendengar cerita sang pasien sepanjang malam. Sesekali dia juga memotivasinya agar tidak menyerah untuk sembuh dari Covid-19.
Sampai akhirnya, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit karena memiliki komorbid dan kini yang bersangkutan sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Baca juga: Kisah Bayu, Bos Sound System yang Kini Jualan Sayur demi Bertahan di Tengah Pandemi
"Di sana saya juga terus mendukung, memberikan motivasi. sekarang dia sudah pulang, sudah di rumah. Tapi saya tetap berkomunikasi dengan dia," kata dia.
Sejak temuan itu, relawan psikolog ini pun memilih untuk lebih sering bertugas pada malam hari dan mengecek kondisi kesehatan mental para pasien.
"Kenapa saya lebih sering masuk malam, karena harus melihat yang seperti itu. Karena pada jam 1 malam itu pasien belum pada tidur, enggak mau tidur," ucap Endang.