Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Pekerja Tanggapi Kebijakan Pemprov DKI Jakarta Berkait UMP 2021

Kompas.com - 03/11/2020, 14:56 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pekerja memberi tanggapan atas kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait upah minimum provinsi (UMP).

Sebagaimana diketahui, Pemprov DKI akan menaikkan besaran UMP pada 2021 sebesar 3,27 persen atau menjadi Rp 4.416.186,548 untuk sektor usaha yang tidak terdampak pandemi Covid-19.

Sementara itu, UMP bagi kegiatan usaha yang terdampak pandemi Covid-19 tidak akan naik, atau besarannya sama dengan UMP 2020, yakni Rp 4.276.349.

Menurut Lamrendy (26), seorang apoteker di perusahaan farmasi, kebijakan itu merupakan keputusan yang tepat untuk memberi relaksasi kepada perusahaan yang terdampak Covid-19.

"Kebijakan tersebut sah-sah saja, karena sektor terdampak covid fokusnya bukan pada kenaikan UMP harusnya. Mereka harus buat terobosan untuk balance CPL (cost profit loss)," kata Lamrendy saat dihubungi Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Baca juga: UMP DKI 2021 bagi Usaha Tak Terdampak Pandemi Naik, Ini Besarannya

"Jika berhasil pada profit yang kembali normal baru, dipikirkan untuk step kenaikan UMP. Apabila belum balance, saya rasa tidak perlu adanya kenaikan UMP," sambungnya.

Hal senada juga dikatakan Desca Tarigan (25), seorang tenaga kesehatan di rumah sakit kawasan Jakarta Utara.

Menurut Desca, sebagai orang yang berada di garda terdepan dalam penanganan Covid-19, sudah sepatutnya tenaga medis perlu mendapat perhatian khusus.

"Setuju, karena bidang kesehatan yang paling utama menangani Covid-19. Dan kalau pun sudah selesai pandemi Covid-19, tenaga kesehatan harus tetap dapat nilai tambah dari pemerintah, untuk biaya vitamin untuk pencegahan penyakit ke tenaga medis," ucap Desca.

Lain halnya dengan Fera Aderia (25), karyawan hotel di kawasan Jakarta Pusat. Dia mengaku tidak setuju dengan kebijakan tersebut.

Baca juga: Saran Ekonom ke Anies Baswedan Agar UMP DKI 2021 Tak Membingungkan

"Kalau menurut aku sih aku enggak setuju, karena seharusnya kalau memang upah minimum itu naik, kenapa enggak disamaratakan saja semua naik,"

Fera menilai, kebijakan itu semakin mempersulit para pegawai yang selama ini harus bertahan di perusahaan yang terdampak Covid-19.

"Justru harusnya kan malah yang terdampak ini yang diprioritaskan untuk upah minimumnya dong, karena sudah terdampak upah kami pun tidak naik. Sekarang sulit, masa iya mau dibikin semakin sulit," sambungnya.

Fera berharap kenaikan UMP dapat dilakukan di semua sektor usaha.

Adapun bidang perhotelan, wisata, makanan dan minuman termasuk sektor usaha yang terdampak pandemi Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com