DEPOK, KOMPAS.com - Sebuah postingan viral di Twitter tentang dugaan intoleransi dan pemakaian sentimen agama dalam pemilihan calon ketua OSIS di SMAN 6 Depok, Jawa Barat.
Postingan itu dibagikan seniman Donny Dhirgantoro dan langsung menuai reaksi warganet.
Dalam postingannya, Donny mempublikasi sejumlah tangkapan layar mengenai kontroversi pemilihan ulang calon ketua OSIS di SMAN 6 karena kandidat yang menang bukan beragama Islam.
"Hello guys aku minta tolong banget , di sma ku.. SMA NEGERI ada “calon” ketua osis yang bernama E.... yang memenangkan pemilihan ketua osis ( kinerjanya bagus,banyak orang yang mendukungnya termasuk guru2) , namun ada beberapa oknum dari sekolah yang tidak terima sampai mengadakan voting ulang hanya karena dia non-muslim.
aku minta tolong untuk kalian semua agar dishare kasus ini, sehingga E... mendapatkan keadilan dan kesempatan untuk memimpin sekolahnya..
mohon bantuannya agar di up kesocial media guys," begitu bunyi tangkapan layar yang beredar.
Baca juga: Viral Percakapan Rasial Guru SMA di Jaktim, Disdik Diminta Data Pengajar Intoleran
Kandidat tersebut, E, telah mengumumkan pengunduran dirinya melalui akun media sosialnya.
Dalam pengumumannya mundur, E meminta maaf karena keputusan itu ia ambil lantaran "terdapat prinsip-prinsip yang tidak sesuai untuk melakukan pemilihan ulang".
Kepala SMAN 6 Depok, Abdul Fatah membantah pemilihan ulang diakibatkan sentimen agama.
"Saya pastikan bukan itu, itu isulah, biasa itu dimanfaatkan oleh orang-orang tertentulah yang merasa tidak nyaman. Saya pastikan tidak ke arah sana," ungkap Fatah kepada Kompas.com, Kamis (12/11/2020).
Kompas.com mewawancarai Fatah dan Kepala Seksi Acara Panitia Pemilihan Ketua OSIS SMAN 6 Depok, Wati.
Keduanya membenarkan ada pemilihan ulang ketua OSIS di sekolah itu. Namun mereka menyatakan, pemilihan ulang digelar karena ada kesalahan pada sistem aplikasi online yang dipakai untuk memilih kandidat.
Sistem tersebut, kata mereka, belum sempat diuji coba sebelum pemilihan dihelat.
Baca juga: Pengamat Sebut Guru Intoleran di SMA Jaktim Kurang Kompeten dan Tak Tahan Kritik
Pada waktu pemilihan, diketahui bahwa salah satu orang beberapa kali log in.
"Ada bukti laporan, salah satu guru kami tidak bisa log in, sudah ganti device tiga. Tapi saat saya tanya admin, data guru itu sudah log in dan sudah memilih. Di situ kami melihat ada kelemahan sistem ini, jadi akhirnya kami putuskan, kami laporkan ke kepala sekolah," kata Wati.
"Kami rapat istimewa ke wakil kepala sekolah, demi kejujuran dan keadilan, kami memutuskan mengulang, lalu menggunakannya secara luring ke sekolah, jadi kami bisa mengontrol dan mencocokkan dengan data pemilih," ungkapnya.
Kompas.com coba menghubungi E selaku kandidat yang sempat memenangi kompeitisi sebelum pemilihan itu dianulir. Namun hingga artikel ini disusun kami belum mendapat tanggapan dari E.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.