Maryono berujar, jembatan apung itu disediakan untuk warga yang hendak mengakses rumah masing-masing yang terendam banjir.
"Iya ini dibangun oleh DPUPR. (Jembatan tersebut) sudah mulai digunakan oleh warga," kata Maryono ketika ditemui, Selasa siang.
Pengungsi belum mendapat obat-obatan
Warga RW 008 yang mengungsi karena kediamannya terendam banjir belum mendapatkan obat-obatan sejak Minggu (21/2/2021).
Salah seorang warga RW tersebut, Yeni Apriyani, mengatakan, ia tinggal di pengungsian yang disediakan pemerintah, yaitu di Masjid Al-Jihad, sejak Minggu siang.
Yeni berujar, Pemerintah Kota Tangerang belum pernah mengirimkan obat-obatan jenis apa pun ke tempat evakuasi tersebut.
Baca juga: 4 Hari Banjir, Warga Periuk Kota Tangerang Sebut Tak Ada Bantuan Obat di Pengungsian
Padahal, terdapat beberapa posko instansi pemerintah yang berada di dekat tempat tersebut, seperti posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang dan Dapur Umum Polresta Metro Tangerang Kota.
"Makanan sama yang lain aman, tapi obat-obatan belum pernah dikirimin, khawatir juga kalau anak-anak saya kena gatal-gatal gitu," tutur dia.
Menurut Yeni, hal itu tidaklah efektif. Sebab, banyak warga sekitar, termasuk Yeni, yang memiliki kendala dalam hal transportasi.
"Motor atau mobil kan susah. Kalau ngambil sendiri, ya repot juga," ucap dia.
Warga lainnya, yaitu Wahid, juga mengungkapkan hal serupa. Dia mengungkapkan, keluarganya belum pernah menerima obat-obatan dari pemerintah setempat.
Padahal, imbuh Wahid, obat-obatan merupakan salah satu keperluan yang penting di tengah bencana banjir.
"Ya yang penting obat sih. Buat anak-anak juga kan. Takut mereka kenapa-kenapa," ucap dia.
Sempat kesulitan mencari air bersih
Selain belum mendapat obat-obatan, mereka juga sempat kesulitan mencari air bersih.
Yeni mengatakan, aliran listrik di tempat evakuasi yang berada di Masjid Al-Jihad sempat dimatikan sejak Sabtu hingga Minggu siang.
Sebab, kata dia, wilayah masjid tersebut sempat digenangi air.
"Kemarin (Minggu), sekitar jam 14.00 WIB lah air baru kering. Nah, itu baru listrik nyala," kata Yeni ketika ditemui di lokasi pengungsian, Selasa.
Karena aliran listrik yang sempat dimatikan itu, pengungsi kesulitan untuk mencuci pakaian kotor hingga membersihkan diri pada Minggu pagi.
"Listrik mati total. Toilet dikunci, ya enggak ada yang bisa dapat air bersih," ujar dia.