Soeharto yang kala itu penikmat dunia pewayangan memilih Arjuna Wijaya karena melambangkan unsur kepemimpinan yang kuat yang tergambar dalam delapan kuda yang ditarik oleh Batara Kresna.
Baca juga: Patung Pemuda, Simbol Kobaran Semangat Pemuda Membangun Tanah Air
Makna pertama yaitu Surya yang berarti pemimpin harus mampu memberi semangat dan kehidupan bagi rakyat.
Kedua adalah Bulan atau Chandra, artinya harus mampu memberikan penerangan serta dapat membimbing rakyat yang sedang dalam kegelapan.
Ketiga, Bumi atau Pertiwi yang memiliki arti seorang pemimpin harus berwatak jujur, teguh, dan murah hati.
Keempat, Angin atau Bayu, bermakna pemimpin harus dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat.
Kelima, Hujan atau Indra, bermakna pemimpin harus berwibawa serta mampu mengayomi dan memberikan kehidupan seperti hujan yang turun menyuburkan tanaman.
Baca juga: Bung Karno dan Kisah di Balik Wajah Ramah Pemuda pada Monumen Selamat Datang
Keenam, Samudra atau Baruna yang menggambarkan hati pemimpin yang luas menimbang sebelum memutuskan.
Tujuh, Api atau Agni, menggambarkan pemimpin harus tegas dan berani menegakkan keadilan.
Terakhir, Bintang yang memiliki arti sebagai contoh tauladan.
Setelah dibuka pada 1987, Patung Arjuna Wijaya sempat ditutup untuk renovasi dan dibuka kembali pasca-renovasi pada 11 Januari 2015.
Terkait dengan Arjuna Wijaya, ada kisah pilu di balik kemenangan Arjuna saat melawan Adipati Karna di perang Baratayuda. Namun, kisah itu tak banyak dibahas.
Perang saudara antara Pandawa dan Kurawa itu menyisakan kisah pilu berkepanjangan, termasuk kisah kemenangan Arjuna yang membunuh kakak kandungnya sendiri, yaitu Adipati Karna.
Dalam cerita epos pewayangan, lima bersaudara Pandawa, yaitu Yudishtira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa merupakan anak dari Kunti yang dikenal sebagai seorang wanita mulia yang dekat dengan para dewa.
Baca juga: Monumen Perjuangan Jatinegara, Simbol Perjuangan 16 Daerah di Jakarta Timur
Sebelum Kunti melahirkan kelima pandawa, Kunti sebenarnya sudah memiliki anak, yang yaitu Adipati Karna. Kunti mendapat anak tersebut saat memuja Dewa Batara Surya.
Batara Surya kemudian menghadiahkan Kunti seorang anak yang keluar dari telinganya.