Bentuk oplet hampir serupa dengan Bemo. Namun lebih panjang dan penumpangnya muat lebih banyak. Selain itu penumpang juga tidak akan kehujanan dan kepanasan ketika menaiki Oplet.
Jarak jangkauan Oplet pun lumayan jauh. Terdapat di trayek Jatinegara-Kota, Kampung Melayu-Tanah Abang, Kota-Tanjung Priok, dan Tanah Abang-Kebayoran Lama.
Shindunata dalam bukunya Manusia dan Keseharian: Burung-Burung di Bundaran HI (2007) menyebutkan oplet mulai berhenti beroperasi pada September 1980 oleh Gubernur DKI Tjokopranolo.
Baca juga: Berbagai Sebutan Unik Jamban Apung, dari Helikopter, Becak, hingga Telepon Umum
Sampai saat ini Delman masih eksis. Bedanya, delman tidak lagi digunakan sebagai moda transportasi umum.
Kehadiran Delman saat ini hanya sebatas moda wisata.
Delman hadir pada tahun 1950. Tenaga yang dipakai yakni berasal dari kuda sebagai penggeraknya.
Bentuk Delman dahulu sama seperti sekarang. Kudanya menarik tempat di mana penumpang berada, sambil dioperasikan oleh kusir.
Kapasitas penumpangnya bisa maksimal 5 orang. Namun sayangnya kekurangan Delman yakni kuda yang harus selalu dalam kondisi fit dan juga ketika hujan maka air hujan akan masuk mengenai penumpang.
Selain karena tergerus modernisasi, penggunaan waktu tempuh yang lama dan jarak jangkauannya tidak jauh akhirnya membuat Delman semakin lama ditinggalkan oleh penumpang.
Trem merupakan moda transportasi umum yang ada pada tahun 1880-an. Mulanya trem menggunakan uap namun lambat laun berubah menjadi menggunakan tenaga listrik.
Kinerjanya mirip dengan kereta. Hanya saja bedanya lokomotif rem terbatas dan juga jalurnya berada di jalan raya.
Trem memiliki lokomotif yang bisa diisi oleh belasan penumpang. Meski menggunakan energi uap dan listrik, namun tetap ada orang yang bertugas sebagai pengendalinya.
Kala itu trem uap melintas dari Pasar Ikan sampai Jatinegara. Pasar Baru, Gunung Sahari, Kramat, Salemba, dan Matraman adalah kawasan yang dilintasi alat transportasi ini.
Lantaran uang penghasilan dengan pemeliharaan trem tidak sebanding, maka trem mulai berhenti ditinggalkan.
Firman Lubis dalam bukunya berjudul Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja (2008), menyebutkan operasi trem ini dihentikan pada 1959 karena sulit dioperasikan atau karena minimnya dana perawatannya.
Baca juga: Kadishub DKI Pastikan Temuan Rel Trem Tak Hambat Proyek Pembangunan MRT