Ada pendapat lainnya bahwa nama Tanjung Priok berkaitan dengan nama Aki Tirem, seorang penghulu di Warakas yang tershohor membuat periuk.
Lalu, pendapat terakhir mengaitkan nama Tanjung Priok dengan kisah Mbah Priok. Konon, Mbah Priok yang bernama asli Habib Ali Al-Haddad berlayar dari Palembang ke Batavia pada 1756 untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.
Namun di perjalanan, ia diserang Belanda dan tergulung ombak. Ia terdampar di pesisir Jakarta hanya dengan sebuah periuk. Oleh karena itu ia dikenal dengan nama Mbah Priok.
Nama daerah itu bermula dari nama pohon tanjung (Mimusops elengi) yang tumbuh menandai makam Mbah Priok (Habib Ali Al-Haddad).
Baca juga: Indonesia dan India Kembangkan Pelabuhan Sabang di Aceh
Kini Pelabuhan Tanjung Priok dikelola oleh PT Pelindo II. Tanjung Priok menangani lebih dari 30 persen komoditi non migas Indonesia.
Selain itu Pelabuhan Tanjung Priok juga barometer perekonomian Indonesia karenam50 persen dari seluruh arus barang yang keluar masuk Indonesia melewati pelabuhan ini.
Fasilitas intermoda yang lengkap di pelabuhan ini mampu menghubungkan Tanjung Priok dengan seluruh kota di Indonesia.
Dengan Teknologi dan fasilitas modern, Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call).
Pelabuhan Tanjung Priok memiliki tiga terminal. Terminal satu merupakan pintu masuk dan keluar dari barang-barang cair dan kering yang berasal dari sumber daya alam seperti batubara, semen, baja dan lain-lain.
Terminal dua, hampir sama perannya seperti terminal pertama, namun jangkauan luasnya kini untuk jangkauan internasional dengan total lebih dari 600.000 ton barang.
Di terminal dua juga dilengkapi dengan crane sebagai alat pembantu dalam pemindahan barang.
Terminal tiga yakni keluar masuknya barang-barang kebutuhan seperti elektronik, perkakas rumah tangga, otomotif dan barang-barang lainnya.
Pelabuhan ini memiliki 64 unit crane besar yang beroperasi selama 24 jam nonstop.
Referensi: