Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temui Luhut, Mahasiswa UI Perdebatkan soal "Big Data" Dukungan Penundaan Pemilu 2024

Kompas.com - 12/04/2022, 15:25 WIB
M Chaerul Halim,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan menemui Rektor Universitas Indonesia (UI) secara tertutup.

Setelah melakukan pertemuan tertutup, Menko Marinves Luhut yang didampingi Rektor UI Ari Kuncoro akhirnya menemui puluhan mahasiswa yang tengah menggelar aksi di depan pelataran Balai Sidang UI, Depok.

"Mau kalian apa, biar saya jawab?" tanya Luhut kepada peserta aksinya.

Baca juga: Luhut Temui Rektor UI Secara Tertutup, Puluhan Mahasiswa Gelar Aksi Protes

 

Salah satu mahasiswa menyampaikan bahwa mereka ingin memprotes soal wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

Mahasiswa pun menyinggung pernyataan Luhut soal big data yang menyebutkan 110 juta warganet ingin Pemilu 2024 ditunda.

"Kita tahu, Pak, kita baca di media bahwa Bapak Luhut menyuruh para ketua partai untuk menyuarakan wacana penundaan pemilu. Kita minta Bapak klarifikasi dan membuka big data. Apakah Bapak berani?" tanya Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UI) kepada Luhut.

Namun, Luhut menepis anggapan bahwa dirinya yang membawa wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

"Siapa yang bilang saya minta jabatan presiden sampai tiga periode, saya tanya?" jawab Luhut.

Baca juga: Hampiri Mahasiswa yang Demo di UI, Luhut: Mau Kalian Apa?

Dalam klarifikasinya, Luhut memberikan pembelaan bahwa ia tak pernah menyuruh para partai untuk menyuarakan wacana tersebut.

Menurut Luhut, ia hanya menyampaikan aspirasi yang diterima dari akar rumput.

"Saya tidak pernah mengatakan wacana itu. Yang pernah saya katakan di bawah itu minta pemilu ditunda, apa salah? Kamu ngomong gini salah? Enggak kan," ujar dia.

Mendengar hal, itu para mahasiswa belum puas dari jawaban atas klarifikasinya Luhut. Mereka pun meminta bukti soal big data yang disebut Luhut sebelumnya.

"Ada buktinya enggak, Pak? Permasalahan kita di big data, apa Bapak yang minta," tanya mahasiswa.

Baca juga: Pengaspalan Sirkuit Formula E Rampung, Fraksi PDI-P: Belum Tentu Penuhi Standar

Namun, Luhut enggan memberi penjelasan lebih jauh soal itu.

"Dengerin. Kan saya punya hak juga untuk tidak men-share kepada kalian. Enggak ada masalah, kenapa harus diributin. Berbeda pendapat itu biasa, kamu harus belajar berdemonstrasi ke depannya," jawab Luhut.

Sebelumnya diberitakan, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menggelar aksi protes di Balai Sidang UI, Depok, pada Selasa (12/4/2022).

Sejumlah peserta aksi tampak membawa poster bergambar Menko Marinves beserta tulisan yang berisi tuntutan-tuntutan. Selain itu, mereka juga turut mengibarkan bendera kuning sebagai simbol matinya demokrasi di Indonesia.

Baca juga: Jasad Satu Keluarga yang Tewas akibat Kebakaran di Warakas Akan Dibawa ke Medan

"Kami sebagai mahasiswa UI hari ini melaksanakan aksi simbolik dengan membawa bendera kuning, poster, serta banner yg bertuliskan turut berdukacita atas wafatnya demokrasi di UI dan Indonesia," ujar Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo dalam orasinya, Selasa.

Para mahasiswa UI itu menolak wacana penundaan pemilu dan masa jabatan presiden tiga periode. Selain itu, mereka juga menuntut revisi statuta UI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com