Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Pekan Ini, Tragedi Si Jago Merah Lahap Indekos Berterali Besi di Tambora

Kompas.com - 21/08/2022, 07:27 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran melanda rumah toko (ruko) empat lantai yang dijadikan tempat usaha makanan sekaligus rumah kos di Jalan Duri Selatan 1, Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, pada Rabu (17/8/2022) lalu.

Peristia kebakaran dilaporkan ke Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat pada pukul 06.36 WIB.

Enam penghuni tewas terjebak kobaran api dalam tragedi di indekos berterali besi itu. Korban hangus terbakar.

Baca juga: Teralis Besi di Rumah Warga Tambora, Melindungi saat Kerusuhan 1998, Memerangkap saat Kebakaran

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tambora, Kompol Rosana Albertina Labobar mengatakan, api diduga berasal dari salah satu kamar kos itu. Api muncul akibat korsleting pada kipas angin.

Terali besi sulitkan evakuasi

Para korban tewas diduga terperangkap dan sulit menyelamatan diri karena jendela pada bangunan dipasang terali besi.

Pengendali Pleton C Sektor Tambora Sudin Gulkarmat Jakarta Barat, Dadang Ahmid mengatakan, ada banyak peristiwa kebakaran melanda bangunan yang dipasangi terali besi.

Baca juga: Teralis Besi Kerap Hambat Upaya Penyelamatan Saat Kebakaran di Tambora, Pemkot Jakbar Lakukan Penertiban

"Saya hampir empat tahun bertugas di Tambora. Memang, kasus kebakaran paling banyak di Tambora itu pada rumah semipermanen, tapi obyek kebakaran bangunan yang diterali juga hampir sama banyaknya," kata Dadang, Sabtu (20/8/2022).

Dadang mengatakan, sebagian besar bangunan berterali besi merupakan ruko, tidak sedikit pula rumah hunian.

Ia menuturkan, terali besi cukup menyulitkan proses evakuasi karena kemungkinan besar korban terperangkap ketika terjadi kebakaran. Selain itu, terali juga menghambat upaya pemadaman api.

Baca juga: Kenangan Pahit Petugas Damkar Saat Temukan Korban Tewas dalam Kebakaran Indekos di Tambora

"Kalau full diterali, itu sulit. Kalau diterali itu, kami hanya bisa nembak air dari luar karena petugas enggak bisa masuk. Petugas cuma bisa masuk kalau ada aksesnya. Dan kalau full rapat diterali, akan sulit," ujar Dadang.

Dadang mengungkapkan, petugas pemadam bisa saja menjebol terali besi dengan alat khusus, tetapi hal itu memakan waktu yang lama.

"Kami jarang menjebol terali besi saat kebakaran. Kami biasanya lebih memilih mencari akses masuk lain yang lebih mudah dilalui. Kalau misalkan bukan besi, kalau masih kaca atau lainnya, masih mudah kami jebol. Kalau besi membutuhkan waktu lama," kata Dadang.

Baca juga: Kebakaran di Tambora Tewaskan 6 Penghuni Rumah Kos, Polisi Tunggu Hasil Labfor

Dadang berharap, warga mempertimbangkan agar tidak memasang terali besi pada bangunan karena dapat menghambat upaya penyelamatan saat terjadi kebakaran.

Selamat usai jebol terali

Salah satu petugas Sudin Gulkarmat Jakarta Barat, Barkah, melihat seorang penghuni kos tersebut berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api.

"Waktu itu ada korban selamat, dia loncat lewat terali besi lantai tiga. Loncat, lalu jatuh langsung ke atap warteg (di lantai dasar)," kata Barkah, Sabtu (20/8/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com