"Perabotannya itu ada, kulkas ada, tapi isinya kosong. Enggak ada makanan, benar-benar kosong," kata Syafri saat dihubungi, Jumat.
Ia juga melihat sejumlah barang dimasukkan ke dalam kardus.
"Jadi di dalam rumah itu, banyak barang-barang yang dimasukin ke dalam kardus, diikat juga. Barang-barang kayak orang mau pindah," kata Syafri saat dihubungi, Jumat.
"Lampu juga banyak yang dicopot. Kayaknya sudah dicopot dari lama. Mungkin sebelum ngomong ke PLN (untuk diputus aliran listriknya), sudah dicopot bohlamnya," lanjut dia.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce menduga bahwa keluarga tersebut hendak pindah rumah.
"Sebelum keluarga ini (ditemukan tewas), ternyata sudah mengepak-ngepak barang untuk pindah," ujar Pasma di kantornya.
Tetangga korban, Roy (33) mengatakan, telah bertetangga dengan korban sejak sekitar 20 tahun lalu. Ia mengenal keluarga korban sangat jarang bersosialisai.
"Saya di sini dari 20 tahun lalu, termasuk penghuni paling awal sama dia (keluarga korban) juga, sama tetangga sebelah lainnya juga," kata Roy.
Kendati bertetangga sejak lama, ia sama sekali tidak mengenal keluarga tersebut, bahkan ia mengaku tidak mengenal nama korban.
"Namanya enggak tahu. Saya cuma kenal muka saja. Memang mereka sangat tertutup, jarang keluar, enggak pernah sosialisasi. Enggak pernah kelihatan pas kegiatan warga," kata Roy.
Roy memiliki restoran di dekat rumah itu. Dia dan karyawan restorannya mengaku hanya pernah melihat mobil yang keluar masuk rumah, dan sesekali penghuni yang berjalan kaki tanpa bertegur sapa.
"Dua atau tiga bulan lalu, karyawan restoran saya lihat dia pesan makanan online, ada yang datang. Habis itu enggak pernah lihat lagi. Karyawan perempuan juga sekali doang lihat ibunya pakai daster tiga bulan ini," ungkap Roy.
Sedangkan Ketua RT Asiung yang tinggal di seberang rumah korban, mengatakan, asisten rumah tangganya melihat korban mengeluarkan sejumlah perabotan dari dalam rumah ke mobil boks.
"Kurang lebih 5 September 2022, asisten rumah tangga saya melihat itu ada mobil boks, lalu mengeluarkan barang-barang seperti AC dan lemari es," kata Asiung.
Asiun pun sempat menanyakan kepada korban terkait informasi dari asisten rumah tangganya itu.
"Lalu saya keluar, tanya (ke korban), 'Kamu rumahnya sudah mau dijual?' Dijawab, 'Tidak, Om,' begitu," kenang Asiung.
Ia juga mengakui keluarga tersebut memang tidak pernah mengikuti kegiatan warga, dan terkesan sangat tertutup.
Sementara, berdasarkan informasi dari kepolisian, adik korban, Margaretha mengaku sudah lama tidak berkomunikasi dengan kakak maupun keluarganya itu.
Adik korban juga mengaku kali terakhir bertemu para korban lima tahun yang lalu.
"Satu orang sudah kami minta keterangan. Namun, adik dari ibunya itu, dia mengatakan bahwa terakhir ada komunikasi via telepon itu satu tahun lalu," ujar Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar.
Lantaran jarang melihat korban, Asiung sebagai Ketua RT biasa berkomunikasi melalui Whatsapp kepada Dian. Terakhir berkomunikasi adalah terkait tunggakan tagihan listrik PLN.