Asiung menjelaskan, korban menunggak tagihan listrik pada Agustus 2022. Ia pun sempat mengingatkan Dian agar segera membayar tagihan, sesuai permintaan petugas PLN.
Lantaran keluarga korban tidak kunjung membayar tagihan, petugas PLN pun menalangi tagihan tersebut.
"Jadi ada program dari PLN, apabila warga yang nunggak, itu ditalangin petugas. Diharapkan, penghuni segera membayar ke petugas atas dana talangan tersebut. Apabila diabaikan, maka akan diputus alirannya, dicabut meterannya," jelas Asiung.
Setelah itu, kata Asiung, Dian pun berkomunikasi dengan petugas PLN dan membayarkan dana talangan tersebut.
Akan tetapi, pada bulan berikutnya, PLN yang hendak menagih tagihan listrik yang terlambat itu, justru diberi pesan oleh Dian agar melakukan pemutusan listrik.
"Tanggal 4 Oktober dia chat, 'Silahkan bapak putus aliran listrik di rumah saya. Apabila saya ingin melakukan pemasangan baru, nanti saya akan menghubungi, Bapak' itu chat yang diberikan terakhir kepada petugas PLN," ungkap Asiung.
Kemudian, untuk memastikan kelanjutan layanan listrik di rumah tersebut, petugas kembali mengirim pesan pada 27 Oktober 2022. Namun, pesan tak sampai.
"Tanggal 27 Oktober, petugas melakukan telepon balik, tapi sudah ceklist satu tidak ada berita (kabar) sama sekali," ungkapnya.
Atas keadaan tersebut, pada 9 November 2022, petugas PLN kembali datang untuk melakukan pemutusan meteran.
"Petugas datang tapi tidak ada respons. Akhirnya petugas pakai tangga naik ke atas dan memutus sambungan listrik dari kabel," ungkap dia.
Saat memanjat kabel tersebut, petugas dan warga mencium aroma busuk dari dalam rumah.
Pada Jumat siang, polisi mengumumkan hasil otopsi dari keempat jenazah. Hasilnya, dokter memastikan tidak ada tanda kekerasan pada jasad korban.
"Tadi pagi, berdasarkan informasi dari dokter dan anggota yang menyaksikan hasil pemeriksaan, bahwa terhadap empat mayat tersebut tidak ditemukan tanda kekerasan," kata Kapolres Pasma.
Dari otopsi juga menunjukan bahwa bahwa tidak ditemukan sisa makanan pada lambung korban lantaran otot lambung yang mengecil.
"Berdasarkan pemeriksaan bahwa dari lambung para mayat ini tidak ada makanan. Jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter, bahwa (korban) ini tidak makan dan minum cukup lama, karena dari otot-ototnya sudah mengecil," kata Pasma.
Baca juga: Berawal dari Petugas PLN Hendak Putus Aliran Listrik, Bau Busuk Jenazah Korban di Kalideres Tercium
Masih berdasarkan otopsi, ditemukan fakta bahwa keempat orang tersebut meninggal sejak 3 pekan lalu, namun dengan waktu kematian yang berbeda.
"Berdasarkan keterangan forensik bahwa kematian ini dari 3 minggu yang lalu. Jasad semuanya di waktu berbeda meninggalnya. Sehingga waktu pembusukan jasad masing-masing berbeda," jelas Pasma.
Terkait dugaan korban tewas akibat kelaparan, Pasma mengatakan, dokter forensik RS Bhayangkara Polri masih akan memeriksa organ lainnya.
"Dari dokter RS Bhayangkara Polri akan melakukan pendalaman lagi dengan memeriksa hati dan organ-organ lainnya dari kasus kematian ini. Supaya lebih spesifik mengetahui penyebab kematian ini," ujar Pasma.
Kendati demikian Pasma tidak menjelaskan lebih jauh tentang langkag penyidik dalam mengungkap misteri yang minim bukti dan saksi ini
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.