Kemudian, pada 1898, batang rel trem sudah mulai disuplai dengan batang rel uap. Lokomotifnya saat itu didatangkan dari Jerman, sementara gerbong trem didatangkan dari Belgia dan Belanda.
Pada saat operasi rel trem uap, gerbong pengangkut orang dibagi menjadi tiga kelas, dengan harga tiket yang berbeda-beda.
Gerbong kelas 1 dikhususkan untuk orang-orang Eropa. Gerbong kelas 2 diperuntukan bagi orang Eropa kelas 2 dan Asia Timur.
Sedangkan, gerbong kelas 3 baru diperbolehkan untuk mengangkut pribumi.
Baca juga: Rel Trem Peninggalan Zaman Belanda Ditemukan di Proyek MRT, Warga: Saya Merinding Lihatnya
Akan tetapi dalam perjalanannya, lokomotif trem uap yang didatangkan dari Jerman cukup berpolemik.
Ketel uap kerap dingin di musim hujan dan sering mogok. Serta, pada saat pengisian uap tenaga tinggi di depo-depo pengisian bahan bakar sering terjadi ledakan.
“Akhirnya pemerintah Belanda sepakat dengan operatornya untuk mengganti rel trem uap dengan rel trem listrik,” kata dia.
“Dan rel trem listrik itu yang sekarang kita temukan di Kawasan Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar dan mungkin di pintu besar selatan Glodok itu sisanya dari rel trem listik,” tambah dia.
Baca juga: Kadishub DKI Pastikan Temuan Rel Trem Tak Hambat Proyek Pembangunan MRT
Rel trem bekas peninggalan kolonial Belanda ditemukan dalam proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta fase 2A CP 202.
Proyek ini berada di Jalan Pembangunan I, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).
Proyek CP 202 itu merupakan salah satu segmen pekerjaan konstruksi MRT Jakarta fase 2A dengan cakupan pembangunan Stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar.
MRT Jakarta mengerjakan terowongan bawah tanah dimulai dari Harmoni sampai Mangga Besar dengan panjang keseluruhan 1,8 kilometer (terowongan dan stasiun).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.