JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, jumlah pengendara motor di Jakarta semakin banyak.
Menerapkan sistem electronic road pricing (ERP) dianggap bisa menjadi jawaban untuk mengurangi jumlah pengendara motor di Ibu Kota.
"Sekarang juga penambahan kendaraan motor di Jakarta dan Jabodetabek cukup masif," ujar Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2023).
"Oleh sebab itu, pengendalian lalu lintas selanjutnya adalah secara elektronik dan prinsip penggunaan secara elektronik itu berdasarkan conjuction pricing (menjadi solusi pengurangan pengguna motor)," sambung dia.
Menganggapi hal tersebut, seorang pengemudi ojek daring bernama Uus (28) mengatakan bahwa ERP dapat memengaruhi pendapatannya.
"Menurut saya untuk kendaraan mobil pribadi sudah tepat, tapi kalau diterapkan untuk kendaraan roda dua kurang tepat," ujar dia ketika ditemui di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (18/1/2023).
Baca juga: Siap-siap, Pengendara Motor di Jakarta Juga Bakal Kena Tarif Jalan Berbayar atau ERP
Sebab, ujar Uus, yang selama ini membuat Ibu Kota macet adalah kendaraan roda empat.
Uus menambahkan, ia lebih sering melihat kendaraan roda empat hanya berisi satu orang.
"Sering lihat yang memakai mobil pribadi itu sendirian, jarang sampai penuh," kata Uus.
Menurut pengemudi ojek daring lainnya, Ari (24), kebijakan ERP untuk mengurangi jumlah pengendara motor terlalu dini jika benar-benar diterapkan.
"Terlalu dini karena belum ada hasil, tapi yang jelas ini kebijakan sangat enggak cocok di Jakarta," ujarnya ketika ditemui di Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Kamis (19/1/2023).
Baca juga: MTI Ingatkan Pemprov DKI, Tarif ERP Bukan untuk Balik Modal dan Cari Keuntungan
Menurut Ari, masih banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang bergantung pada sepeda motor untuk kegiatan sehari-hari.
Seharusnya, ujar dia, pemerintah fokuskan perhatian pada transportasi umum terlebih dulu.
"Penambahan armada, perbaikan insfrastruktur seperti bus dan halte, atau penguatan di sistem intregrasi. Konsep ERP aja udah enggak cocok, apalagi jika dibuat untuk motor," terang Ari.
Heri (40), pengemudi ojek daring lainnya, mengatakan hal yang serupa.