JAKARTA, KOMPAS.com - PT Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta mengklaim, ketepatan waktu tempuh (on time performance/OTP) layanannya mencapai 99,5 persen pada 2022.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT LRT Jakarta Sheila Indira Maharshi berujar, OTP itu tak mencapai 100 persen karena beberapa kali gempa bumi yang terasa di Ibu Kota.
Dengan demikian, usai gempa, PT LRT Jakarta membutuhkan waktu untuk menyesuaikan kembali perjalanannya.
"Rata-rata OTP telat karena gempa bumi, jadi membutuhkan sedikit waktu menyesuaikan kereta dengan jadwalnya," ungkap Sheila, di Kantor Suku Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2023).
Baca juga: Tahun Ini Target Penumpang LRT Jakarta 2.500 Orang Per Hari
Sheila memaparkan, persentase OTP tertinggi terjadi pada Februari, Juni, dan Agustus 2022, yakni mencapai 99,7 persen.
Kemudian, persentase OTP terendah terjadi pada Oktober dan November 2022, yakni 99,1 persen.
Sheila menyatakan, PT LRT Jakarta akan berupaya meningkatkan ketepatan waktu tempuh layanannya pada tahun ini.
"Saat ini, kami berusaha meningkatkan OTP (layanan LRT Jakarta)," urai dia.
Baca juga: Targetkan Untung Rp di Atas 8 Miliar, LRT Jakarta Maksimalkan Pemasukan dari Non-Tiket
Di satu sisi, Sheila mengungkapkan PT LRT Jakarta juga hendak meningkatkan keuntungan pada tahun ini.
Adapun keuntungan PT LRT Jakarta mencapai Rp 8 miliar pada 2022.
"Iya, (target keuntungan) lebih dari Rp 8 miliar," ungkap Sheila.
Ia menyebutkan, untuk meningkatkan keuntungan pada 2023, PT LRT Jakarta hendak memaksimalkan pemasukan dari penjualan non-tiket (non-farebox).
Caranya, kata Sheila, yakni menyewakan lahan di berbagai tempat milik PT LRT Jakarta sebagai lokasi usaha.
Tempat yang bisa disewa sebagai lokasi usaha seperti stasiun LRT Jakarta dan kantor pusat LRT Jakarta.
"Ada area-area di stasiun maupun di kantor pusat kami yang memungkinkan disewa oleh retail. Jadi, mereka menyewa lokasi yang kemudian itu menjadi salah satu pendapatan non-farebox kami," urai dia.
Baca juga: Cara Naik LRT Jakarta: Rute, Daftar Stasiun, dan Tarifnya
Sheila melanjutkan, PT LRT Jakarta juga mengejar pemasukan non-farebox dengan cara melakukan perawatan terhadap Kereta Layang (Skytrain) Bandara Soekarno-Hatta.
PT LRT Jakarta, imbuh dia, memang memiliki peralatan untuk melakukan perawatan terhadap skytrain bandara tersebut.
Kata Sheila, cara lain mengejar pemasukan non-farebox juga dilakukan dengan menyewakan kereta LRT Jakarta sebagai tempat membuat iklan.
"Sekarang beberapa jenama lokal mulai melirik nih, misalnya syuting atau promo produk, launching di LRT," ucapnya.
"Kami sudah beberapa kali aktivasi, ternyata potensinya bagus dan ke depan ini akan jadi salah satu proyeksi untuk mendorong non-farebox ini," lanjut dia.
Baca juga: Pembangunan Dilanjutkan, LRT Jakarta Akan Terhubung ke Manggarai, MRT Bakal sampai Bekasi
PT LRT Jakarta juga hendak kembali membuat kegiatan yang berlokasi di rangkaian keretanya sendiri seperti Train to Apocalypse.
Adapun kegiatan itu sempat terlaksana pada Agustus 2022. Pengunjung LRT Jakarta seolah-olah dikejar zombie di kereta, layaknya film Train to Busan.
"Kami belajar, ternyata kalau ada sesuatu di stasiun, penumpang jadi ramai banget. Setelah event (Train to Apocalyse) pun, penumpang tetap ramai. Ternyata dari event itu, orang jadi tahu LRT, jadi mendorong jumlah penumpang juga," urai Sheila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.