"Kalau lagi ramai bisa 3-4 kali lah, tergantung situasi," ujarnya.
Baca juga: Wagiyem Mundur dari Pabrik dan Jadi Kuli Panggul meski Upah Rp 10.000 demi Urus Keluarga
Upah yang diberikan pun beragam tergantung jenis muatan barang yang dibongkar oleh mereka.
"Ya biasanya bisa sekali bongkar itu Rp 300.000 bagi dua sama teman yang bongkar," kata dia.
Namun, upah yang didapat beragam tergantung dengan jenis angkutannya.
Ada jenis angkutan buah atau sayur dengan truk L300, angkle, dan ada pula truk besar.
"Sehari ya dapatnya tergantung, bongkarnya berapa," kata dia.
Penghasilan yang didapatkan itu akan dipergunakan Rudi untuk kebutuhan pokoknya sehari-hari, membayar uang sewa kontrakan sekitar Rp 700.000 per bulan di daerah Kelurahan Poris, dan sebisanya mengirim uang kepada orangtua beserta adiknya yang masih sekolah menengah pertama di kampung halaman.
"Ya dicukup-cukupin, mereka (menunjuk teman-temannya) yang udah berkeluarga aja cukup, aku yang masih sendiri ya dicukup-cukupin hasilnya (uang upah bongkar muat barang)," jelasnya.
Baca juga: Kisah Nuraini, Jadi Kuli Panggul Semen sejak SMP hingga Kuliah, Upah Dipakai untuk Biaya Sekolah
Meski sudah belasan tahun bekerja sebagai kuli panggul di tanah rantau, tetapi bagi dia, pekerjaan ini lebih baik daripada bekerja di kampung halamannya.
"Yo ketimbang di kampung enggak ada apa-apa kerjanya," kata dia.
Rudi menyebut, ia merantau ke daerah Kota Tangerang ini sejak remaja, bahkan saat belum menyelesaikan pendidikannya di SMA.
Ia pun tidak merasa kesepian meski sendiri jauh dari orangtua dan adik beserta kakaknya di kampung halaman karena dikelilingi oleh orang-orang yang sama-sama dari rantauan.
"Wong di sini banyak juga dari sana (daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sekitarnya), rame kok," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.