Teten yakin pedagang baju impor bekas mampu beradaptasi apabila impor pakaian bekas pakai itu disetop dan hilang dari peredaran.
"Saya tahu persis, mereka itu itu pebisnis. Mereka fleksibel banget kan," ujar Teten.
"Kalau saya ibaratkan, mereka itu, kalau lagi musim durian, ya jual durian. Kalau lagi musim rambutan, ya jual rambutan. Sangat adaptif," lanjut dia.
Baca juga: Teten Masduki: Jangan Sampai Ekonomi Digital Didominasi Produk Luar!
Teten mengatakan, anak muda saat ini sudah mulai menyukai produk-produk lokal. Kata dia, salah satu keunggulan produk lokal adalah seringkali bisa custom atau disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Salah satunya, banyak masyarakat yang menyukai sepatu yang digunakan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang dijual di Sarinah.
Teten mencontohkan mal Sarinah dan M Bloc yang menjual produk lokal lebih ramai dari mal konvensional.
"Coba di Sarinah, Pos Bloc, M Bloc, segala macem, kan jual produk UMKM, pengunjungnya melebihi mal konvensional," terang dia.
Baca juga: Teten Sebut Impor Baju Bekas ke Indonesia Naik 623 Persen, padahal Sudah Dilarang
Teten mengatakan, mal konvensional saat ini malah meminta dibukanya gerai UMKM. Padahal sebelumnya mal konvensional tidak percaya produk lokal dapat meningkatkan traffic pengunjung.
"Sekarang begitu Sarinah pengunjungnya 40.000 orang per hari, M Bloc 11.000 orang per hari, sama dengan Plaza Indonesia, mereka baru sadar, 'oh ternyata market produk lokal di kalangan anak muda cukup besar'," tambah dia.
Sejumlah pedagang baju bekas impor di Pasar Senen, Jakarta Pusat terlihat lesu setelah barang dagangannya disita oleh kepolisian, Senin malam.
Salah satu pedagang bernama Eko (34) telah berjualan baju bekas impor selama 16 tahun.
Dia heran dengan keputusan pemerintah terkait kebijakan larangan baju bekas impor.
Khususnya terhadap Kemenkop UKM yang menilai bahwa penjualan impor ilegal pakaian bekas dapat menghancurkan industri pakaian dan alas kaki nasional.
“Janganlah kami dianggap musuh UMKM. Kepada Bapak UMKM, coba datang ke sini hadapi kami. Coba mana UMKM yang kami musnahkan?” tutur Eko kepada Kompas.com.
Eko berharap pemerintah dapat memberikan solusi kepada para pedagang yang terancam kehilangan pekerjaannya.
“Kami bukan maling. Kami bukan maling uang negara. Bukan koruptor. Kami hanya mencari sesuap nasi. Kami bayar pajak, bayar toko, bayar kios, bayar listrik,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.