Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Yulyanti PKL di Ancol, Pendapatan Bersih Hanya Rp 50.000 Per Hari

Kompas.com - 04/05/2023, 16:15 WIB
Baharudin Al Farisi,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang kaki lima (PKL) bernama Yulyanti (43) tidak kuasa menahan air mata saat menjelaskan pendapatannya satu hari dari pekerjaan yang digelutinya delapan bulan terakhir ini.

Mulanya, ibu satu ini menjelaskan, ia setiap harinya mulai berdagang minuman saset pada pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Dari sembilan jam berdagang dengan mangkal di pinggir Jalan RE Martadinata, dekat Gerbang Tol Ancol Timur, Pademangan, Jakarta Utara, Yulyanti mendapatkan pendapatan kotor senilai Rp 200.000.

"Sehari terkadang Rp 200.000, terkadang Rp 250.000. Ya nantikan dibelanjakan lagi," kata Yulyanti kepada Kompas.com, Rabu (3/5/2023).

Baca juga: Cerita Yulyanti Jadi PKL di Pinggir GT Ancol, Awalnya Terpaksa karena Suami Kecelakaan dan Kena PHK

Dari uang yang dihasilkan, Yulyanti menyisihkan Rp 50.000 sebagai keuntungan setiap harinya untuk uang jajan anak dan keperluan sehari-hari.

"Jadi, Rp 25.000 buat dia (anak) jajan, Rp 25.000 irit buat makan. Beli beras satu liter Rp 9.000. Cari yang murah saja. Kalau masih ada yang Rp 7.000, beli itu. Kalau enggak ada, ya Rp 8.000. Kalau umpamanya hari ini lagi enggak ada minyak, ya direbus saja, seadanya," ungkap Yulyanti.

Sementara itu, uang sisanya ia belanjakan minuman saset yang habis untuk dijual keesokan harinya.

 Baca juga: Suami Kecelakaan lalu Dipecat, PKL di Ancol Kaget Tidak Bisa Cairkan BPJS Ketenagakerjaan

Seketika, Yulyanti meneteskan air mata. Saat ditanya apakah sedih saat menceritakan pengalaman hidupnya ini, dia mengelak.

"Enggak kok, Mas. Ini hanya kena debu saja," ujar Yulyanti sambil menyeka air mata.

Namun, saat melanjutkan pembicaraan, dia kembali mengeluarkan air mata dan meminta waktu sejenak untuk berdiam diri.

Setelah menangis, Yulyanti kembali semringah berjualan di tengah teriknya matahari.

"Tetap nyaman menjalani, walau awalnya terpaksa untuk sambung hidup," ucap Yulyanti sambil tersenyum.

Delapan bulan lalu, Yulyanti mengaku terpaksa menjadi PKL, setelah suaminya yang berinisial S (48) terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pekerjaan sebagai petugas Unit Pelaksana Kerja (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Hal pahit ini dialami pendamping hidupnya pada Desember 2021 usai bertugas sebagai salah satu petugas UPK Badan Air selama tujuh tahun terakhir.

Semua ini berawal saat S mengalami kecelakaan tunggal pada September 2021 karena menghindari wanita paruh baya yang hendak menyeberang di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com