JAKARTA, KOMPAS.com - Yulyanti (43) menceritakan suka dan dukanya menjadi pedagang kaki lima (PKL) selama delapan bulan terakhir.
Ia biasa mangkal di pinggir Jalan RE Martadinata, dekat Gerbang Tol Ancol Timur, Pademangan, Jakarta Utara.
Sewaktu pertama kali memutuskan menjadi PKL, Yulyanti sangat ketakutan. Pada dasarnya, ia bakal berjualan seorang diri pinggir jalan.
Baca juga: Tangis Yulyanti PKL di Ancol, Pendapatan Bersih Hanya Rp 50.000 Per Hari
"Takutlah awal-awal. Cuma kan kita baik-baikin saja, kayak pedagang-pedagang asongan yang sudah lama, biar kita dapat teman," kata Yulyanti kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2023).
Namun. ketakutan tersebut sirna setelah ia menjalaninya. Terlebih saat mengingat ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman Yulyanti, berdagang minuman saset di pinggir jalan hanya bisa mengandalkan orang yang hendak bekerja atau ojek online yang mangkal saat menunggu pesanan masuk.
Tetapi semuanya sia-sia ketika hujan deras mengguyur wilayah Jakarta Utara.
"Kayak orang yang kerja ke Pelabuhan, abang Gojek, kan pada haus. Sedihnya, kalau hujan. Sama sekali orang enggak pada mau mampir. Kan kalau di saya kayak begini, orang pada mau nongkrong, mau main handphone, main game," ucap Yulyanti.
Baca juga: Cerita Yulyanti Jadi PKL di Pinggir GT Ancol, Awalnya Terpaksa karena Suami Kecelakaan dan Kena PHK
"Ibaratnya, beli teh manis satu, cuma nongkrongnya lama, sambil main game, nungguin orderan, gitu. Kalau hujan? Ya sudah, bablas, saya pulang, enggak dapat uang," imbuh dia,
Walau begitu, Yulyanti bersyukur masih bisa diberikan rezeki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Apalagi, warga Pademangan Barat ini masih bisa berbagai kepada orang yang membutuhkan.
Yulyanti menceritakan, terkadang ada saja orang yang menghampiri dalam kondisi kehausan dan lapar.
"Ya ada, saya kasih saja. Buat apa? Ya kasih saja. Ya enggak (rugi). Mungkin kalau hitungan manusia rugi, kalau hitungan Allah enggak," ucap Yulyanti.
Ibu satu anak ini mengaku tidak bisa melihat orang kesusahan. Dengan begitu, ia secara sukarela memberikan yang dibutuhkan.
Baca juga: Suami Kecelakaan lalu Dipecat, PKL di Ancol Kaget Tidak Bisa Cairkan BPJS Ketenagakerjaan
"Habis bagaimana? Dia bilang, 'bu, saya lapar, tapi saya enggak punya uang', 'ya sudah, ambil saja apa yang kamu mau', saya gitu saja. Dia pilih sendiri. Kecuali kalau dia minta lebih, saya enggak ada," imbuh Yulyanti.
Yulyanti mengaku terpaksa menjadi PKL delapan bulan lalu setelah suaminya yang berinisial S (48) terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pekerjaan sebagai petugas Unit Pelaksana Kerja (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.