JAKARTA, KOMPAS.com - Nasi Gule Pakde Mayestik, di kawasan Mayestik, Jakarta Selatan, menjadi salah pilihan kuliner alternatif selain gule tikungan atau Gultik di bilangan Blok M.
Berdiri sejak tahun 1984, Nasi Gule Pakde Mayestik sudah banyak dikunjungi oleh karyawan hingga pengunjung kafe dan bar, yang saat itu mulai banyak bermunculan.
Usaha tersebut dimiliki oleh seorang pria asal Sukoharjo bernama Lagiman. Dia sudah berjualan nasi gule sejak tahun 1975-an.
Pada awalnya, dia berjualan di area Terminal Blok M, Jakarta Selatan.
Dagangannya laris manis dibeli sopir hingga kernet bus kota, sambil menunggu penumpang.
"Pelanggannya dulu yang banyak kernet sama sopir bus kota. Ya pokoknya orang-orang ke Pasar Jaya, sama sopir-sopir bus kota, kernet," ujar Lagiman, dikutip Sabtu (13/5/2023).
"Kan dulu kalau lagi pada ngetem, sopir turun makan. Sambil nunggu antrean terminal," sambungnya.
Baca juga: Aktivis 98 Gelar Pameran Foto 25 Tahun Reformasi, Pengunjung: Merinding Lihatnya
Dari terminal, Lagima akhirnya memutuskan pindah ke kawasan Mayestik.
Alasannya, pedagang nasi gule di kawasan Terminal Blok M semakin banyak.
Kondisi ini juga membuat beberapa pedagang nasi gule lain di terminal berpindah ke kawasan Bulungan, yang kini dikenal sebagai Gultik.
Di tempat yang baru, Lagiman mengubah waktu berdagangnya dari pagi menjadi malam hari.
Hal ini dilakukan karena dia melihat aktivitas masyarakat di sekitar tempat berdagangnya, lebih banyak di malam hari.
"Ketemu karyawan Bengkel Kafe Sudirman itu dulu jaya-jayanya, ramai. Karyawannya banyak," kata Lagiman bercerita.
"Ditanya, Pakde dagang malam juga mau enggak? Temenku banyak, masakannya cocok di lidah. Makanya sampai sekarang dagangnya malem," sambungnya.
Baca juga: Hendak Curi Motor di Sawah Besar, Dua Maling Todongkan Airsoft Gun ke Warga
Lagiman pun menerima tawaran untuk berdagang pada malam hari. Pada awalnya, dia mulai berjualan pukul 23.00 WIB.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.