JAKARTA, KOMPAS.com - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut, ada warga yang mengeklaim sebagai pemilik lahan di lokasi pembangunan Sodetan Ciliwung, Kebon Nanas, Jakarta Timur.
Warga tersebut melaporkan persoalan kepemilikan lahan di sana ke Kantor Staf Presiden (KSP).
"Ada KSP dapat laporan, katanya lahan ini punya orang, saya mau ngomong sama Pak Moeldoko (Kepala Staf Presiden). Biar kami tertibkan," ujar Heru dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Heru Budi Pastikan Tak Ada Warga yang Tolak Pembebasan Lahan Sodetan Ciliwung
Namun, Heru tak menyebutkan jumlah warga yang melapor ke KSP terkait kepemilikan lahan itu.
Heru mempersilakan warga yang merasa berkeberatan dengan proyek Sodetan Ciliwung untuk lapor ke pemerintah.
"Iya, baru dapat kabar, tapi ya silakan saja (melapor)," kata Heru.
Heru menambahkan, ada 59 bangunan terkena pembebasan lahan untuk pembangunan jalur keluarnya air (outlet) Sodetan Ciliwung.
"Ada 59. Kurang dari 4.000 meter (lahan yang dibebaskan)," ujar Heru.
Baca juga: Heru Budi: Sodetan Ciliwung untuk Kepentingan Warga Jakarta, Masak Kalah oleh Sekelompok Orang
Menurut Heru, proses pembebasan lahan menjadi salah satu penyebab terhentinya proyek sodetan dengan jangka waktu yang cukup lama.
"Karena memang pertama di sini ada hunian. Lalu, kedua, bagian dari area SPPT Trisakti. Trisaksi sudah mau menyerahkan kewajibannya, sudah diserahterimakan di tingkat kota. Wali Kota yang membantu menyelesaikan," kata Heru.
Adapun Sodetan Ciliwung awalnya ditargetkan rampung pada April 2023. Namun, hingga kini, proyek itu masih dalam tahap pengerjaan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan, Sodetan Ciliwung ditargetkan beroperasi pada Juni 2023.
Sodetan Ciliwung ini merupakan langkah pemerintah untuk mengurangi daerah yang terendam banjir.
Baca juga: Heru Budi Sebut 59 Bangunan Liar Digusur demi Proyek Sodetan Ciliwung
Dengan adanya sodetan ini, air dari Ciliwung akan dialirkan sebagian ke Kanal Banjir Timur (KBT) saat debit air tinggi, sehingga tidak meluap ke permukiman.
Adapun wawancara khusus dengan Heru Budi dapat Anda saksikan dalam video berikut ini:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.