Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pemerkosaan Bocah di Cipayung Penuh Kejanggalan, Polisi Bungkam

Kompas.com - 15/06/2023, 16:40 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

Diminta ke Polres, tapi ditolak saat sudah tiba

Pada 09.43 WIB, Kompas.com menghubungi Kanit PPA Polres Metro Jakarta Timur Ipda Sri Yatmini.

Semenit kemudian, Sri menelepon balik dan meminta kami datang langsung ke Polres. Ia berjanji akan memberi penjelasan secara langsung.

"Mbak ke kantor saja deh biar jelas deh. Jangan gini dong. Kasihan dong. Jangan begini. Ke kantor aja ya, ke kantor yuk tak jelasin yuk. ke kantor aja, kami jelaskan, yuk. Biar jelas ya, begitu ya. Maksudnya posisi perkara ya. Tak tunggu ya."

Baca juga: Bocah yang Diperkosa Lansia di Cipayung Sempat Tak Mau Mengaku ke Ibunya, Pilih Cerita ke Teman

Pada 10.01 WIB, Kompas.com kembali mengontak Sri untuk mengabari bahwa rekan-rekan wartawan juga ingin datang dan mengonfirmasi hal yang sama.

Ipda Sri langsung menelepon dan mempersilakan Kompas.com dan wartawan lain untuk datang..

"Silakan datang mbak, biar imbang. Karena ini kasus anak, biar imbang ya mbak. Silakan datang, nggih. Ini LP bulan Maret, silakan enggak apa-apa. Kami jawab, gitu. Nanti ada pak Kasat, pak Kapolres, enggak apa-apa. Monggo, silakan," katanya.

Kompas.com dan seorang rekan wartawan langsung menuju Polres Metro Jakarta Timur, dan tiba di lokasi sekitar pukul 11.07 WIB.

Kami pun menelepon Ipda Sri pukul 11.12 WIB untuk menanyakan kelanjutan jadwal pertemuan, tetapi tidak ada respons.

Kompas.com dan seorang rekan wartawan langsung menuju ruangan Unit PPA, tetapi langsung dialihkan ke ruang Humas.

Kata seorang pekerja di kantor polisi, Ipda Sri sedang menghadiri gelar perkara di Lantai 5.

Pukul 11.54 WIB, pesan yang Kompas.com kirim ke Ipda Sri tidak juga mendapat jawaban.

Baca juga: Lansia Pemerkosa Bocah di Cipayung Selalu Ancam Korban agar Tak Mengadu

Pada saat yang sama, Kasat Reskrim AKBP Dhimas menelepon rekan wartawan yang turut hadir di Polres Metro Jakarta Timur.

AKBP Dhimas kemudian mengarahkan wartawan itu agar ke Lantai 5.

Wartawan itu mengajak Kompas.com untuk wawancara bersama.

Namun, setibanya di sana, AKBP Dhimas menyatakan bahwa sesi wawancara hanya untuk rekan wartawan tersebut.

Ia beralasan hanya janjian dengan wartawan itu sehingga menolak kehadiran Kompas.com.

"Tidak bisa (diwawancarai karena) janjiannya sama dia. Enggak bisa (janjian sekarang). Saya janjiannya sama dia," kata Dhimas.

Padahal, Kompas.com juga sudah menghubungi Dhimas untuk meminta sesi wawancara sejak Rabu, namun tidak direspons.

Akhirnya, wawancara itu pun batal dilakukan karena wartawan tersebut tak mau mewawancarai AKBP Dhimas sendirian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com