Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dany Arwanto, Penghijau Kawasan Kumuh di Utara Jakarta...

Kompas.com - 07/07/2023, 09:49 WIB
Tria Sutrisna,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Hasil panennya kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada pula yang dijual dan uangnya dimanfaatkan untuk operasional kebun serta pengembangan program.

"Komoditi yang ada di tempat kami ini awalnya campur. Sekarang kami pisah-pisahkan jadi beberapa tempat. Antara anggur sama sayuran, sama ikan konsumsi dan hias, lalu pengolahan sampah organik dan anorganik," kata Dany.

Raih Kalpataru 2023

Kini, Dany dan Warga Gang Cemara 01 telah memiliki kebun buah-buahan dan sayuran, serta area peternakan dan pengembangan ikan konsumsi maupun ikan hias.

Selain itu, ada pula tempat produksi pupuk organik dan anorganik serta budi daya maggot. Untuk memproduksinya, Dany memanfaatkan sampah dari rumah tangga dan aktivitas pasar.

"Alhamdulillah seiring berjalannya waktu mereka tahu memilah sampah dan peduli terhadap lingkungan sendiri. Karena memang merasa manfaat daripada kegiatan yang kami lakukan," jelas Dany.

Baca juga: My Jenderal Teddy Minahasa Tetap Divonis Penjara Seumur Hidup...

Tak sampai di situ, didirikan juga bank sampah dan sekolah tingkat PAUD. Warga yang ingin menyekolahkan anaknya, cukup membayar SPP dengan sampah minimal dua kilogram per bulan.

"Sampah itu kami olah menjadi pupuk, kami jadikan pakan ikan, kami proses jadi maggot, dan bisa ditabung juga menjadi sumber penghasilan juga sama warga," sambung dia.

Jerih payah Dany mengubah kawasan kumuh dan gersang di lingkungannya menjadi asri serta produktif, membuat dia mendapat penghargaan Piala Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Bagi Dany, penghargaan ini memberikan motivasi bagi dia dan warganya untuk terus berinovasi serta konsisten dalam menjaga lingkungan.

"Merupakan satu kebanggaan buat saya pribadi dan warga kami di sini, dan teman teman pengurus daripada RT/RW, karang taruna, PKK dan kader-kader di sini yang terlibat kegiatan," terang Dany.

"Ya mereka memang merasa bangga lah, sehingga mewakili DKI Jakarta. Mempunyai satu penganugerahan tertinggi yaitu Kalpataru, itu yang luar biasa," lanjut Dany.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com