Sebab, hanya AT yang ditahan sekuat tenaga. Sementara pelaku tak dikekang sehingga bisa bergerak bebas.
"Saat momen itu, pelaku tiba-tiba nusuk saya di bagian dada pakai pahat besi," imbuh AT.
AT mengatakan, ia dan istrinya tak ditolong oleh warga sekitar tempat kejadian perkara (TKP) meski darah telah mengucur ke atas tanah.
"Kami ke RS (rumah sakit) berdua saja. Tidak ada warga yang mau bantu kami," kata AT.
AT menduga warga sekitar lebih berpihak kepada pelaku
Pasalnya, saat ia dan istrinya pergi meninggalkan lokasi, terdengar sayup-sayup perkataan yang seolah-olah mengusir.
"Mungkin karena dia orang situ, jadi dia dibela. Bahkan ada warga yang bilang gini, 'Udah lu cabut, jangan bikin rusuh di sini'. Apa enak dengar omongan kayak gitu," tutur AT.
Sudah tak ada yang menolong, AT menyebut istrinya sempat ditolak di salah satu RS.
Baca juga: Tak Ditanggung BPJS, Pasutri Korban Penusukan Adik Ipar Tak Bisa Bayar Biaya RS Rp 30 Juta
Ia tak mengetahui secara pasti apa alasan istrinya ditolak oleh rumah sakit itu. Setelah itu, ia mengendarai roda duanya bersama sang istri untuk pergi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Akhirnya istri saya dirawat di RSCM. Sudah dilakukan operasi juga beberapa waktu lalu karena lukanya di kelopak mata," imbuh dia.
AT mengatakan, istrinya tak diperbolehkan pulang oleh pihak RSCM karena masih menunggak pembayaran pengobatan.
"Kami tak tahu harus bagaimana lagi, pihak RS meminta biaya pengobatan sebesar Rp 25-30 juta atas serangkaian perawatan serta operasi yang dilakukan," kata dia.
Tingginya biaya yang harus dilunasi itu berpangkal pada seluruh pengobatan WR di RSCM tak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Padahal ia dan keluarganya merupakan peserta BPJS dan kartunya masih aktif sampai sekarang.
Baca juga: Kronologi Pasutri Ditusuk Adik Ipar di Gambir, Berawal Hendak Tagih Hutang
"BPJS saya masih aktif. Saya enggak tahu kenapa bisa seperti ini (tidak ditanggung)," tutur dia.