Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pedagang Pasar Tanah Abang, Ingin Pemerintah Atur Impor Barang Murah, Bukan Larang Jualan di "Live" Medsos

Kompas.com - 27/09/2023, 08:31 WIB
Joy Andre,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana soal larangan pedagang berjualan di media sosial, termasuk melalui fitur siaran langsung atau live, ternyata tidak dapat diterima oleh sebagian pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Salah satunya adalah Andi (40).

Pria yang telah berdagang selama kurang lebih 20 tahun itu menilai, langkah pemerintah melarang aktivitas jual-beli melalui fitur live medsos kurang tepat.

Sebab, yang seharusnya dilakukan adalah membuat regulasi soal impor barang murah.

"Kalau saya pribadi, bukan masalah live-nya, tapi masalah produk (impor) yang gampang masuk," tutur Andi kepada Kompas.com di toko miliknya, Blok B lantai 3 Pasar Tanah Abang, Selasa (26/9/2023).

Baca juga: Dilema Baru Pedagang Tanah Abang jika Berjualan Live di TikTok Dilarang...

Andi tak menampik bahwa sepinya Pasar Tanah Abang tak lepas dari gempuran media sosial.

Namun, mudahnya akses barang-barang impor juga jadi salah satu biang kerok yang menyebabkan persaingan jual-beli secara offline dan online kini menjadi tidak sehat.

"(Pemberhentian jualan via live medsos) menurut saya kurang efektif. Harusnya diatur impor barang, karena mereka masuk tanpa regulasi yang jelas, di situ yang mengganggu kami," ucap dia.

Baca juga: Pedagang Tanah Abang: Jualan Live Kalau Dilarang Malah Jadi Masalah Baru

Selain mengatur regulasi barang impor, Andi juga ingin pemerintah memperhatikan produk-produk lokal.

Langkah ini dirasa bisa menekan persaingan penjualan barang-barang murah secara daring.

"Produk lokal ya digencarkan, dimajukan daripada (produk) luar," ucap Andi.

Pasar daring dianggap cukup membantu

Andi juga berpendapat, kehadiran pasar daring sedikit banyak membantu para pedagang untuk bertahan. Hal yang paling terasa adalah ketika dunia dilanda pandemi Covid-19.

"Zaman sebelum TikTok masuk, sudah ada Shopee, Lazada, cuma kan enggak ada masalah. Kan banyak juga yang hidup waktu Covid-19 dari (berjualan) online," jelas Andi.

Tak hanya Andi, pedagang lain bernama Hamzah Arifin juga kurang setuju jika aktivitas jual-beli melalui fitur live streaming dihentikan.

Baca juga: Jualan Live Terancam Dilarang, Pedagang Tanah Abang: Waktu Covid-19 Banyak yang Hidup dari Sana

Menurut Hamzah, larangan itu hanya akan menimbulkan konflik antar-pedagang dan menciptakan masalah baru.

"Memang enggak sedikit yang akhirnya mulai terjun, tapi kalau dilarang lagi, malah jadinya ada masalah baru lagi," jelas Hamzah.

"Live mah enggak masalah, sejauh ini juga sama-sama cari rezeki. Kalau ditanya apa yang kami pengin, maunya ya orang pada belanja lagi ke Pasar Tanah Abang, itu saja," imbuh dia.

Warga ikut protes

Wacana pemerintah melarang aktivitas jual-beli di social commerce turut diprotes para pembeli. Salah satunya Vera (25).

Menurut Vera, pemerintah tidak boleh serta merta langsung melarang. Ada banyak pedagang usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang justru ikut terdampak apabila larangan ini diberlakukan.

"Menurut saya di TikTok juga banyak UMKM yang selama ini sudah punya market-nya sendiri di sana. Kalau misalkan ditutup justru bakal merugikan UMKM," jelas Vera.

Baca juga: Pedagang Pasar Tanah Abang Tak Setuju Penjualan Live Medsos Dihentikan

Ia pun berpandangan, pemerintah sangat bisa membuat kebijakan yang jelas dan ketat jika persaingan ini dianggap merugikan salah satu pihak.

"Kalau misalkan dengan adanya TikTok Shop ini bikin pedagang offline merugi, mungkin perlu policy lain dari pemerintah. Entah bantuin jualannya, kasih edukasi, atau apa pun," ucap Vera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com