Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Tragis 3 Orang Sekeluarga di Tebet, Tewas Bersama di Lapaknya Usai Tertimpa Tembok SPBU yang Roboh

Kompas.com - 22/01/2024, 06:18 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

Kata Doni, S dan T sudah tinggal di daerah Tebet sejak tahun 1970-an. Keduanya baru tinggal di tenda itu sekitar tiga atau empat tahun.

"Rumahnya dijual, terus pindah-pindah kontrakan. Enggak ada uang, jadinya tinggal di tenda," ujar Doni.

Namun, S dan T sedang tidak berjualan saat kejadian. Keduanya baru saja pergi dari rumah sakit sebelum kejadian.

Sempat bertemu keluarga lain sebelum tewas

Amry (41), anak kedua dari S dan T, menyebut bahwa ayah, ibu, dan adiknya sempat bertemu dengan anggota keluarga lainnya sebelum tewas.

"Posisi saya habis kasih makan ibu dan saya kasih minum obat. Pas tembok roboh, saya enggak ada di situ," ujar Amry di lokasi, Minggu.

Baca juga: Anak Korban Tembok Roboh di Tebet Sempat Bertemu untuk Beri Makan dan Obat

Amry tidak mengingat pasti kapan dirinya berkunjung. Namun, ia berkunjung sebelum adiknya tiba bersama MF.

"Saya kasih minum obat ke ibu saya, lalu adik saya datang. Habis itu saya izin pergi ke bawah (tempat teman-temannya) sebelum jam 12.00-an WIB. Pas tembok roboh, saya enggak hadir," ungkap Amry.

Selain Amry, anggota keluarga lainnya yang sempat bertemu dengan para korban adalah Doni. Ia berkunjung ke lapak korban sejak pukul 08.00 WIB.

Doni mengatakan, kunjungannya saat itu untuk mengobrol dengan S dan T. Namun, sebelum pukul 12.00 WIB, Doni pulang.

"Pas saya bilang mau pulang sebelum jam 12.00-an WIB, beberapa saat kemudian saya ditelepon keponakan saya (Amry). Saya ditelepon, katanya temboknya roboh," ungkap Doni.

Mulanya, Doni tidak percaya. Bahkan, ia sempat marah kepada Amry lantaran mengira keponakannya itu berbohong.

Baca juga: Keluarga Korban Tembok Roboh di Tebet Sempat Marah, Dikira Dapat Berita Bohong

Doni pun langsung berlari dari rumahnya menuju lokasi kejadian. Ia melihat bahwa tembok sudah roboh dan nyawa tiga keluarganya tidak terselamatkan.

"Namanya juga takdir, enggak ada yang tahu. Tadi juga ada yang bilang ke saya, untung saya selamat. Saya juga enggak tahu," tutur Doni.

(Tim Redaksi: Nabilla Ramadhian, Fabian Januarius Kuwado, Dani Prabowo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com