"Jadi, masyarakat tidak bisa melintas. Atau mungkin dibangun jembatan penyeberangan agar masyarakat masih bisa melintas. Seharusnya memang begitu, harus steril," kata Deddy.
Kendati demikian, Deddy berujar, kasus pohon tumbang itu merupakan force majeure atau peristiwa atau efek yang tidak dapat diantisipasi atau dikendalikan.
"Mungkin itu sulit dihindari karena tak mungkin ditebangi semua (pohonnya) karena trek seperti Bintaro, Palmerah itu sejajar dengan jalan raya. Jadi sulit dihindari," kata dia.
Dalam kasus pohon tumbang, Deddy berujar, jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI) dinilai perlu memberikan perhatian khusus saat menghadapi musim penghujan ini.
Baca juga: Mobil Tertabrak KRL di Tanah Kusir, Polisi: Tak Ada Korban Jiwa
"Harus rutin memeriksa kira-kira pohon yang rawan atau rentan. Itu sebaiknya dipangkas karena ini musim hujan yang sangat rentan teradap pohon tumbang," ucap dia.
Dalam setiap gangguan kereta, Deddy tak menampik akan berpengaruh terhadap perjalanan ataupun operasional hingga berjam-jam.
Pasalnya, kata dia, kondisi saat gangguan kereta itu tak sama dengan di jalan raya yang bisa menggunakan jalur alternatif.
"Karena tidak semua stasiun memiliki wesel (percabangan lintas) untuk pergantian jalur," kata Deddy.
Untuk kasus kereta tak beroperasi akibat rel tergenang banjir, ucap Deddy, itu bukan hanya tanggung jawab jajaran PT KAI. Menurut dia, mitigasinya harus melibatkan pemerintah provinsi.
(Tim Redaksi : Muhammad Isa Bustomi, Vincentius Mario, Irfan Maullana, Fabian Januarius Kuwado, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.