Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Pedagang Glodok Menutup Toko dan Kurangi Karyawan

Kompas.com - 26/08/2015, 16:02 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas perdagangan di pusat elektronik Glodok City, Jakarta Barat, beberapa bulan terakhir lesu, apalagi saat nilai dollar Amerika Serikat terhadap rupiah makin menguat. Para pedagang menaikkan harga barang 20-30 persen dan tingkat penjualan pun menurun.

Adi (30), karyawan toko Star Jaya, Glodok City, Selasa (25/8/2015), mengatakan, harga barang elektronik, seperti monitor, laptop, kamera pemantau (CCTV), mikrofon, sound system, dan kamera, naik 20-30 persen dari harga sebulan sebelumnya. Harga laptop merek Lenovo ukuran 14 inci sebulan lalu Rp 3,2 juta. Setelah nilai tukar dollar Amerika Serikat menguat, harganya mencapai Rp 3,5 juta.

"Sebagian besar produk di sini impor dari Tiongkok. Harga produk mengikuti pergerakan nilai tukar dollar AS," ujar Adi.

Jenu (40), pembeli dari Cililitan, Jakarta Timur, ingat harga seperangkat sound system yang ia beli naik sekitar 20 persen daripada beberapa bulan lalu.

Menurut Adi, pelanggan di tokonya tak hanya berasal dari Jakarta, tetapi dari seluruh Indonesia. Sebelum nilai tukar dollar AS menguat, denyut perdagangan di Glodok City sudah melemah. Ini akibat persaingan dengan pusat perbelanjaan lain dan toko dalam jaringan (daring).

Omzet penjualan toko Star Jaya turun karena pembeli menahan diri berbelanja barang elektronik. Juli-Agustus ini, omzetnya sekitar Rp 50 juta, turun dari sebelumnya Rp 100 juta.

Pengurangan karyawan

Ketua Paguyuban Pedagang Glodok City Muhammad Ridwan mengatakan, beberapa pedagang memilih hengkang dari Glodok City dan pindah ke lokasi lain yang harga sewanya lebih murah. Sebagian lagi mengurangi jumlah karyawan.

"Dari 200 pedagang yang ikut paguyuban, sekitar 0,5 persen menutup tokonya. Anda bisa lihat, beberapa kios tutup dan disegel pemilik gedung," ujarnya.

Ridwan, yang sehari-hari berjualan masakan padang di lantai 3, awalnya memiliki lima karyawan. Karena omzet terus turun, ia memecat karyawan itu.

Sekarang, ia mempekerjakan anak dan istrinya untuk menjalankan usaha. Ridwan sudah puluhan tahun berjualan di Glodok dan memiliki beberapa kios yang disewakan kepada pihak lain.

"Dulu, sehari saya bisa dapat Rp 3 juta-Rp 4 juta. Sekarang paling Rp 2 juta. Padahal, gaji karyawan Rp 1,5 juta. Akhirnya, pekerjakan keluarga sendiri saja," ujarnya.

Paguyuban berharap pemerintah memberikan bantuan atau insentif untuk menyiasati kelesuan ekonomi ini. Saat ini, fasilitas pendukung pasar, seperti pendingin ruangan (AC), empat tahun terakhir ini rusak. Paguyuban sudah menyampaikan kerusakan itu kepada pengelola pasar, tetapi belum direspons.

Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Glodok City Aswan menuturkan, ada 900 pedagang yang berjualan di Glodok City. Total kios yang tersedia di pasar itu mencapai dua kali lipatnya atau 1.880 kios. Pasar ini beroperasi sejak 2001.

Bahan pangan mahal

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com