Belasan ibu yang tergabung dalam komunitas Progress 1998 tersebut berdemo menuntut Kejagung untuk menangkap Gubernur DKI Joko Widodo terkait kasus bus transjakarta berkarat.
Dalam aksi yang digelar selama kurang lebih satu jam dan berakhir pada pukul 12.00 WIB itu, mereka menggantungkan berbagai model dan warna bra di pagar Kejagung dan di payung hitam yang mereka gunakan. [Baca: Gantung Bra di Pagar, Belasan Ibu Tuntut Kejagung Tangkap Jokowi]
"Setiap ibu menyumbangkan satu sampai dua BH," kata juru bicara aksi Ahmad Hasni. Seusai demo, sejumlah ibu enggan memunguti kembali bra-bra tersebut. Mereka berniat memberikan pakaian dalam itu kepada para jaksa dan polisi yang bertugas.
"Ambil saja, Pak. Ambil," kata beberapa ibu sambil beranjak dari depan pagar Kejagung. Beberapa pendemo pria yang juga anggota Progress 1998 turut mengambil bra dan memasukkannya dalam tas.
Sebanyak delapan bra yang letaknya jauh dari jangkauan tangan, di pucuk pagar, tak disentuh sama sekali. Ketika kerumunan massa menjauh, delapan bra itu masih tergantung di pucuk pagar. Polisi pun meneriaki dan membujuk mereka untuk mengambil kembali bra-bra tersebut.
"Bu..Bu..ayo ini diambil lagi BH-nya. Buat demo lagi ya besok. Sayang kalau beli lagi, harganya satu Rp 85.000," teriak seorang petugas ke arah kerumunan ibu yang mulai menjauh dari area kantor Kejagung.
Entah terbujuk rayuan polisi atau inisiatif sendiri, seorang ibu kembali lagi ke depan pagar Kejagung. Dengan sebatang bilah bambu, polisi membantu mengambilkan sejumlah bra itu untuk sang ibu.
"Tuh buktinya masih ada juga yang mau. Sayang ya Bu daripada beli lagi," kata petugas yang membantu ibu tersebut mengambil bra. Beberapa petugas yang menyaksikan hal tersebut pun mengingatkannya untuk tidak turut mengambil bra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.