Helena F Nababan
”Valencia! Valencia!” Begitu teriakan remaja tim Rumah Susun Daan Mogot begitu mereka berhasil mempertahankan gelar juara kompetisi sepak bola Jakarta Rusun Festival 2016, di GOR Soemantro Brojonegoro, Jakarta, Minggu (23/10)
Untuk kedua kalinya, anak-anak dari rusun yang baru dihuni dua tahun terakhir itu unjuk kebolehan di Jakarta Rusun Festival, sebuah kompetisi bagi pemain usia 12-16 tahun dari setiap rusun di Jakarta. Menghadapi lawan tim Rusun Flamboyan, Cengkareng Barat, juara bertahan Daan Mogot menang 2-1.
Tahun 2015, tim Daan Mogot beserta pelatih dan ofisial diterbangkan ke Madrid, Spanyol. Tahun ini, panitia mengirim tim pemenang beserta pelatih dan ofisial ke kota bola lain di Spanyol, yakni Valencia.
Tim Rusun Daan Mogot tak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka saat selebrasi. Mereka melompat-lompat sambil meneriakkan Valencia yang sudah di depan mata. Sebuah perjalanan yang bagaikan mimpi bagi anak-anak rusun itu.
”Selama ini, saya hanya bisa melihat di televisi wajah pemain idola saya, Messi. Nanti saya harus jumpa. Mau minta tanda tangan,” ujar Jestin (15), pemain dari Rusun Daan Mogot yang mencetak satu angka saat final.
Suranda (47), pelatih mereka, tak sabar ingin mencuri ilmu tentang cara-cara pemain dunia berlatih dan mengelola bola. Ia juga ingin menunjukkan, anak Indonesia, khususnya anak rusun, mampu bermain bola.
”Tahun lalu, saat kami dikirim ke Madrid, kami mengunjungi klub Real Madrid. Kami juga menang atas Inter Espana, tim sekolah sepak bola lokal. Bangga, ternyata anak-anak rusun mampu. Desember tahun ini, kami harus menang lagi di Valencia,” ujar Suranda antusias.
Kerja keras
Kebanggaan itu segaris lurus dengan kerja keras Suranda dan anak-anak. Melatih remaja dari berbagai latar belakang bukan hal gampang.
Rusun Daan Mogot dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menampung warga yang terkena relokasi. Mereka awalnya tinggal di perkampungan padat di tanah negara, seperti di Kapuk Proyek, Kampung Duri Tambora, Kebun Jeruk, Rawa Buaya, serta Kampung Pulo. Secara bertahap, warga menempati rusun sejak Oktober 2014.
Berlokasi di Jalan Daan Mogot kilometer 14, kompleks rusun itu terdiri atas delapan blok. Satu blok berlantai enam dan setiap lantai terdiri atas 16 unit. Delapan blok itu sudah penuh.
”Satu blok tak sampai 100 keluarga,” ujar Warsi, ibu Jestin.
Sekitar 60 anak usia 9-16 tahun berkumpul tiga kali seminggu di salah satu sudut kompleks rusun. Mereka berlatih sepak bola di jalanan aspal pukul 19.00-22.00. Waktu berlatih memang malam karena sang pelatih mesti bekerja seharian. Pada petang hari, sesampai ke rumah, barulah ia bisa melatih.
”Terbayang, ya, sulitnya menyatukan anak-anak dari berbagai latar belakang,” ujar Suranda yang pada 1989-1992 bergabung di klub legendaris Jakarta, Union Makes Strength (UMS), sebagai pemain penyerang.