Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Jenis dan Besaran "Jatah Preman" di Tanah Abang

Kompas.com - 17/11/2017, 08:24 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rabu (15/11/2017) lalu, Kompas.com mengamati kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di salah satu lapak yang berada di atas trotoar di dekat jembatan penghubung antara Blok F dan Blok G, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilik lapak sebut saja bernama Boy (bukan nama sebenarnya). 

Boy bercerita, setiap bulan ada orang yang meminta bayaran terhadapnya. Besarnya Rp 500.000. Dia menyebut orang tersebut merupakan anak buah salah satu tokoh ternama di kawasan Tanah Abang.

Selain itu, masih ada jatah preman harian senilai Rp 5.000 untuk sewa lahan dan Rp 3.000 untuk biaya menitipkan barang dagangan di parkiran saat ada razia oleh petugas Satpol PP.

Apa yang diucapkan Boy kemudian disaksikan langsung Kompas.com. Kala itu, seseorang datang ke lapak Boy. Tanpa berbasa basi, Boy tampak sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Ia menyalami pria itu dengan menyelipkan uang dalam genggamannya.

Baca juga : Menyaksikan Preman Meminta Jatah Harian kepada PKL Tanah Abang

Praktik tersebut merupakan pungutan liar (pungli). Boy juga menyadari dia berdagang di lokasi yang salah. Namun dia dan para PKL merasa cukup bersyukur. Pungli itu kini jauh lebih murah dibanding sebelumnya, seiring turunya pamor salah satu tokoh ternama di kawasan tersebut.

Beberapa pedagang yang menduduki jalur pedestrian menyebutkan harga sewa lahan di trotoar saat ini hanya Rp 500.000 per bulan. Harga itu setengah dari harga sebelum Tanah Abang tertata rapi pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Saat kawasan itu sempat terata rapi, mereka tidak bisa berkutik,. Tidak bisa berdagang di trotoar maka tidak ada pemasukan.

Dengan harga sewa yang kini murah, tak sedikit pemilik kios yang ada di dalam Pasar Tanah Abang ikut turun ke jalan. Maesaroh misalnya mengaku turun ke jalan karena tahu harga sewa yang murah. Padahal dia memiliki toko di Pasar Blok F Tanah Abang.

"Di kios biar suami saya yang jaga, saya pindah ke sini. Harga sewanya murah cuma Rp 500.000 sebulan, tapi yang beli lebih banyak," kata dia.

Menurut Maesaroh, dulu harga sewa lahan di trotoar bisa mencapai Rp 1 Juta untuk periode satu bulan.

Pedagang kaki lima (PKL) di seberang Stasiun Tanah Abang kembali kuasai trotoar dan badan jalan, Kamis (16/6/2016).Kahfi Dirga Cahya Pedagang kaki lima (PKL) di seberang Stasiun Tanah Abang kembali kuasai trotoar dan badan jalan, Kamis (16/6/2016).

Lahan Basah

Rupanya, tak semua trotoar memiliki lalulintas uang yang bagus dan menggiurkan. Ada satu titik di mana perputaran uang cukup besar. Tempat tersebut berada di dekat Stasiun Tanah Abang. Di lokasi tersebut, pedagang bisa meraup keuntungan yang lebih besar dibandingkan lokasi lain.

Hal tersebut dikatakan Roni (bukan nama sebenarnya), pedagang baju yang mengaku sudah hampir 3 tahun berjualan di dekat Stasiun Tanah Abang. Menurut Roni, dengan berjualan di dekat stasiun, orang lebih banyak membeli barang dagangannya.

Baca juga : Lulung Akui Punya Lahan yang Disewakan untuk PKL Tanah Abang

"Di sini sehari enggak kurang dari 1 juta untungnya aja," kata Roni sambil menjajakan dagangannya di atas trotoar yang dibangun Pemprov DKI Jakarta.

Namun, besarnya pemasukan yang didapatkan seirama pula dengan besarnya pungutan yang diberikan kepada para preman. Dalam sehari, 3 sampai 4 orang meminta iuran kepada para pedagang di dekat pintu masuk stasiun itu. Besarannya bervariasi, mulai dari Rp 3.000, Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Pungutan itu belum termasuk iuran tetap sebesar Rp 500.000 per bulan untuk biaya sewa lahan di atas trotoar.

Tak sampai di situ, iuran harian ternyata berbeda untuk hari biasa dan hari libur atau akir pekan. Hal tersebut dikemukan Siti (bukan nama aslinya), salah satu PKL yang berdagang di trotoar Tanah Abang.

"Iuran harian itu beda-beda, hari biasa sama hari libur beda iurannya," kata Siti, Kamis kemarin.

Jika hari biasa, iuran lahan trotoar sebesar Rp 5.000, pada hari libur naik dua kali lipat menjadi Rp 10.000. Iuran parkiran pun dipungut dengan besaran Rp 3.000 tiap hari biasa dan Rp 5.000 tiap libur.

"Pokoknya (iuran) naik dua kali lipat kalau hari libur, mau ramai, mau sepi, iurannya segitu," kata Siti.

Kompas TV Salah satu pekerjaan rumah pemerintah provinsi DKI Jakarta adalah pembenahan kawasan Tanah Abang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com