JAKARTA, KOMPAS.com - Selter Kampung Kunir RT 004 RW 006, Jakarta Barat, telah berdiri di lahan baru bekas parkir mobil kebersihan sejak Juni 2018.
Sebanyak 33 kamar hunian telah selesai dan warga telah menetapkan jatah masing-masing untuk menghuni unit di selter tersebut.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi Selasa (14/8/2018), material bangunan terbuat dari papan yang diperkokoh dengan besi pancang dan rangka baja ringan.
Bangunan terdiri atas dua jenis berhadap-hadapan. Satu sisi satu lantai dan sisi lainnya dua lantai dengan cat serupa putih-cokelat.
Baca juga: 33 KK Warga Kampung Kunir Sudah Dapat Jatah Unit Hunian di Selter
Pada bagian dalam hunian, belum semua unit dipasangkan pintu dan jendela nako. Dinding pembatas yang terbuat dari papan pun masih terlihat besi ringan sebagai rangkanya.
Atap sudah terpasang rapi. Namun, belum ada tangga penyambung pada bangunan dua lantai.
Kamar mandi berjumlah 10 buah terletak sekitar 5 meter dari hunian yang telah siap digunakan. Fasilitas di kamar mandi yakni kloset jongkok dan keran air di dalamnya.
Sementara, dapur umum masih dalam proses pembuatan. Dapur masih terbentuk ruang seluas 5x3 meter yang terbuat dari seng dan beratap.
"Ada dapur umum. Warga enggak boleh masak-masak di dalam. Karena khawatir ada apa - apa, api menjulur. Kan bahaya," kata Ketua RT 004 Samiran, kepada Kompas.com, Selasa.
Namun, meski bangunan belum rampung, warga mendapati beberapa kelemahan dari selter tersebut. Di antaranya seperti air hujan yang memasuki area kamar hunian dan air yang asin.
"Untung kemarin hujan. Jadi, tahu duluan kalau sampai tampias ke dalam (kamar). Emang enggak gede, kalau sampai hujan angin, enggak tahu gimana basahnya," kata Wilastri (42), warga Kampung Kunir yang masih bertahan di lahan lama.
Selain itu, ia juga sempat mencoba air yang ada di selter. Menurut dia, rasa air di sana asin dan tidak bisa digunakan.
Baca juga: Pul Truk Sampah di Kampung Kunir Akan Dipindahkan karena Pembangunan Selter
"Airnya asin. Enggak bagus buat muka kan kalau kita pakai wudu. Kayaknya ngebornya terlalu dalam sampai kena air laut," kata Wilastri.
Kekurangan lain yakni mengenai besi rangka sekat ruang yang dinilai membahayakan anak-anak. Sebab, tak ada papan atau bahan untuk menutupi besi.
Terkait keluhan tersebut, Samiran mengatakan, telah menyampaikan kepada pengurus proyek. Sebab, ia ingin warganya bisa nyaman menggunakan bangunan selter.
Meski begitu, ia belum bisa memastikan kapan warganya bisa segera menempati selter mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.