Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakit Hati dan Uang Tip Kurang, Alasan Yustian dan NR Bunuh CIP...

Kompas.com - 24/11/2018, 06:30 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yustian atau YAP (24) dan NR mengaku sakit hati hingga akhirnya membunuh CIP dan menyimpan jenazahnya di lemari indekos, Mampang Prapatan VIII, Jakarta Selatan. 

Adapun kedua tersangka menginap selama sepekan di kos korban, CIP, karena belum mendapatkan tempat tinggal di Jakarta.

Yustian mengenal korban melalui Facebook, sedangkan NR merupakan rekan kerja korban di tempat karaoke.

Baca juga: Sebelum Membunuh, Yustian dan NR Tinggal di Indekos CIP Seminggu

Kapolres Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar mengatakan, menurut pengakuan tersangka, korban sering mengucapkan kata-kata kasar untuk mengusir mereka dari kamar kos.

"Sebelumnya korban ini memang sempat cekcok (dengan tersangka). Ketika dia pulang sampai kos ada perkataan mereka disuruh pergi saja karena mengganggu kehidupan dia," kata Indra di Mampang Prapatan VIII, Jakarta Selatan, Jumat (23/11/2018).

Mereka pun memutuskan tidak pindah lantaran belum mempunyai cukup uang untuk menyewa sebuah tempat tinggal.

Baca juga: Polisi Cari Satu Saksi Kunci Pembunuhan CIP di Mampang

Mereka berencana pindah dari kos korban setelah mendapat uang tip dari seorang pelanggan senilai Rp 1,8 juta.

Uang tip tersebut dititipkan kepada korban untuk diberikan kepada NR.

Namun, NR hanya mendapatkan uang Rp 500.000 dari korban.

Baca juga: Ingin Hilangkan Jejak, Tersangka Bersihkan Lantai dan Simpan Jenazah CIP Dalam Lemari

"Ya intinya mereka ingin mendapatkan uang lebih dari itu kalau mereka ingin keluar dari kos (CIP). NR ini merasa bahwa ada perjanjian atau mungkin ada juga informasi bahwa dia akan mendapatkan sejumlah uang Rp 1,8 juta itu," ujar Indra. 

"Tapi pada kenyatannya, pagi itu dia dengan salah satu pelanggan hanya mendapatkan Rp 500.000. Menurut pengakuan korban (uang) sudah digunakan untuk pribadi," sambung dia.

Hal itu membuat kedua tersangka semakin kesal dengan korban.

Baca juga: Polisi: NR Sarankan YAP Simpan Jenazah CIP Dalam Lemari

Sebelum membunuh, Yustian terlibat cekcok dengan korban lantaran uang tip yang diberikan kepada NR tidak sesuai perjanjian dengan pelanggan.

Akhirnya, Yustian membunuh CIP pada Minggu (18/11/2018).

"(Tersangka) memang sudah bersitegang dengan korban, memang sudah tersinggung juga sebenarnya, karena selama ini korban merasa terganggu selama seminggu dia (tersangka) tinggal di situ," kata Indra.

Baca juga: Pengakuan Pembunuh CIP di Kamar Kos di Mampang

Polisi akan menyelidiki lebih dalam untuk mengetahui motif lain terkait pembunuhan tersebut.

Jenazah CIP ditemukan di dalam lemari di kamar kosnya di Mampang Prapatan VIII, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018).

Setelah membunuh korban, kedua tersangka berusaha melarikan diri ke Padang, SUmatera Barat.

Namun, polisi berhasil menangkap keduanya di daerah Merangin, Jambi, Selasa malam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com