Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Agus Penjual Bunga dan Nisan di Pemakaman, Dilema Bergelut di Bisnis Kematian

Kompas.com - 07/03/2020, 16:26 WIB
Walda Marison,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis kematian mungkin menjadi hal yang tabu bagi sebagian orang.

Namun, bagi yang menggeluti bisnis ini, kematian seseorang bisa mendulang keuntungan yang lumayan besar meski harus meraup untung dari duka orang lain.

Namun, perlu ditegaskan, tidak ada yang salah dengan bisnis ini.

Salah satu model usaha yang berbau dengan kematian adalah penjual bunga untuk ziarah di sekitaran Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Baca juga: Pemkot Bogor Relokasi Makam yang Terdampak Longsor

Kompas.com pun berkesempatan bertemu dengan salah satu penjual bunga pertama di kawasan TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.

Agus Eka Jaya, (38) selaku toko pemilik toko bunga “Eka Jaya” mengaku sudah menekuni usaha yang digeluti ayahnya sejak tahun 1999.

“Kita termasuk toko pertama yang berjualan di sini. Dulu belum seramai ini (jualan bunga). Semua masih pohon bambu,” kata dia saat ditemui di Jalan Raya TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Sabtu (7/3/202)

Mulanya ditertawakan orang

Mungkin, di awal tahun 2000-an, berjualan bunga di sekitaran TPU Pondok Ranggon belum lazim dilakukan.

Sebab, ketika Agus dan keluarga memutuskan untuk berjualan bunga, komentar miring pun berdatangan.

“Awal-awal buka diketawain sama tetangga, ngapain jualan bunga? Karena kan orang asli sini enggak mau jualan seperti ini,” jelas Agus.

Lambat laun, usahanya pun semakin besar. Pelan-pelan dia merambah berjualan bunga per ikat atau bucket, bunga papan, berjualan batu nisan, kain kafan, hingga kadang menghias acara pernikahan dengan bunga.

“Nah lama-lama yang lain pada bermunculan tuh pedagang pedagang lain,” ucap dia.

Baca juga: Suka dan Duka Maulana, Penjaga Makam Terluas di Jakarta Barat

Hingga saat ini, dia sudah mempunyai toko tetap dengan beragam koleksi bunga.

Omzet hingga Rp 25 juta per bulan

Sama seperti dunia usaha pada umumnya, Agus pun punya masa di mana usahanya naik maupun turun.

Dua bulan berkah bagi Agus adalah ketika Lebaran dan Natal. Sebab, di dua momentum tersebut, banyak warga yang ziarah ke makam keluarga.

“Kalau Lebaran dan Natal kita bisa nonstop seharian. Selalu ada yang datang,” kata dia.

Mereka yang datang sudah pasti mengincar bunga untuk ditaburkan ke makam.

Normalnya,  Agus menjual bunga tersebut seharga Rp 5.000 per kantong kresek. Untuk ukuran yang agak besar, dia biasa menjual seharga Rp 15.000 sampai Rp 20.000.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com