Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Tanggapi Program Jam Wajib Belajar Jokowi

Kompas.com - 25/09/2013, 08:16 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Program jam wajib belajar yang akan diujicobakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Oktober 2013 mendatang diragukan akan berhasil. Meski memiliki niat yang bagus program itu dianggap sulit dijalankan di Jakarta.

Rafindra (16), salah seorang pelajar kelas 2 SMA di bilangan Jakarta Selatan mengaku bimbang atas program tersebut. Ia tak setuju jika jam wajib belajar sama sekali tak memperbolehkan pelajar untuk keluar rumah pada jam tertentu. Namun, ia setuju jika pengawasan diserahkan kepada orangtua.

"Masih bimbang sih. Takutnya kalau dipaksain (program) ini jalan, ada pemberontakan dari si pelajarnya sendiri. Masa belajar diatur-atur," ujarnya ke wartawan di Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Anak sulung dari dua bersaudara tersebut mengaku sehari-hari, ia telah mengemban sekitar delapan jam belajar di sekolahnya. Di rumah, ia pun hanya mengulang-ulang materi pelajaran di sekolah. Itu pun diakuinya tak membutuhkan waktu lama serta waktu yang diatur seperti di program itu. Jadi, ia merasa belajar tidak perlu diformalkan ke dalam program kebijakan yang rigid.

Yang dibutuh kan, kata remaja yang selalu masuk peringkat lima besar itu, hanyalah pengawasan orangtua saja.

Bagus tapi sukar

Keraguan tidak hanya datang dari pelajar, namun juga pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Mohammad Abduh Zen. Dia mengapresiasi positif langkah Jokowi-Basuki yang ingin menyadarkan kembali tanggung jawab terhadap anak. Tapi sisi lain, ia tak bisa membayangkan program semacam itu dapat berjalan di Jakarta.

Faktor penduduk yang padat serta gaya hidup di Jakarta yang cenderung individualis, kata Abduh adalah salah satu kesukaran program tersebut. Berbeda, misalnya, program itu diterapkan di kota kabupaten yang masih bernuansa pedesaan dan kepadatan penduduknya lebih renggang dari DKI, pasti jauh lebih mudah dalam hal pengawasan.

"Kalau di Jakarta, di mana mobilitas siswa tinggi, sistem sekolah belum terayonisasi sehingga ada yang bersekolah jauh, tentu tak mudah," ujarnya.

Terlebih dalam hal pengawasan. Abduh tidak bisa membayangkan misalnya ketua-ketua RT, RW mengecek satu per satu anak apakah melaksana kan jam wajib belajar atau tidak. Padahal, aktivitas anak harusnya cukup diserahkan ke orangtua.

"Memang harus ada koordinasi yang kuat antara perangkat pengawasan lingkungan dengan orang tua. Kalau enggak begitu, ya sangat sulit," ujarnya.

Namun di sisi lain muncul secuil optimisme. Abduh berkaca pada beberapa program Jokowi yang di awal-awal diterpa keraguan yang sama. Sebagai contoh, penataan kawasan Pasar Tanah Abang, penataan kawasan Waduk Pluit, dan Waduk Ria Rio. Publik ragu saat wacana penataan tiga tempat itu muncul. Namun, di tangan Jokowi pun berhasil.

Abduh yakin, tidak ada program Jokowi-Basuki yang terkalkulasi dengan tidak baik. Hanya tinggal masyarakat harus merespon positif saja program tersebut, bukan malah menggalang penolakan.

"Saya sepakat, masyarakat, pelajar, harus merespon ini dengan positif. Tapi mengingat Jakarta yang situasinya begini, saya sepakat program ini diujicobakan dulu. Dengan begitu akan ditemukan titik efektif serta titik lemah dimana," lanjutnya.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto menyadari program tersebut cukup kontroversial. Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan uji coba terlebih dahulu di 10 RT yang tersebar di lima pemerintahan kota Jakarta Oktober mendatang. Ia yakin jika semangat penyadaran kembali tangg ung jawab anak terhadap lingkungan tersosialisa sikan baik, program ini dapat berjalan baik pula.

"Peraturan Daerah sudah ada, yaitu Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, Pasal 7 Ayat 3. Jadi tinggal dijalankan saja," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendatang Baru di Jakarta Akan Diskrining, Disnakertrans DKI: Jangan Sampai Luntang-Lantung

Pendatang Baru di Jakarta Akan Diskrining, Disnakertrans DKI: Jangan Sampai Luntang-Lantung

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Sulit Urus Akta Lahir, Pengelola: Mereka Ada Tunggakan Sewa

Warga Rusun Muara Baru Sulit Urus Akta Lahir, Pengelola: Mereka Ada Tunggakan Sewa

Megapolitan
Pengelola Bantah Adanya Praktik Jual Beli di Rusunawa Muara Baru Jakarta Utara

Pengelola Bantah Adanya Praktik Jual Beli di Rusunawa Muara Baru Jakarta Utara

Megapolitan
Gangster Bawa Senjata Kelillingi Tanjung Duren, Polisi Pastikan Tak Ada Korban

Gangster Bawa Senjata Kelillingi Tanjung Duren, Polisi Pastikan Tak Ada Korban

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Brigadir RAT, Sebut Kematian Disebabkan Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Brigadir RAT, Sebut Kematian Disebabkan Bunuh Diri

Megapolitan
Suramnya Kondisi RTH Tubagus Angke, Diduga Jadi Tempat Prostitusi dan Banyak Sampah Alat Kontrasepsi Berserakan

Suramnya Kondisi RTH Tubagus Angke, Diduga Jadi Tempat Prostitusi dan Banyak Sampah Alat Kontrasepsi Berserakan

Megapolitan
Polda Sulut Benarkan Brigadir RAT Jadi Ajudan Pengusaha di Jakarta, tetapi Tak Izin Pimpinan

Polda Sulut Benarkan Brigadir RAT Jadi Ajudan Pengusaha di Jakarta, tetapi Tak Izin Pimpinan

Megapolitan
Mantan Karyawan Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris untuk Bayar Utang Judi dan Beli Motor

Mantan Karyawan Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris untuk Bayar Utang Judi dan Beli Motor

Megapolitan
Pabrik Arang di Balekambang Baru Disegel, Warga Sudah Hirup Asap Pembakaran Arang Selama 15 Tahun

Pabrik Arang di Balekambang Baru Disegel, Warga Sudah Hirup Asap Pembakaran Arang Selama 15 Tahun

Megapolitan
Baru Kerja Sebulan, Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris Gelapkan Uang Rp 172 Juta

Baru Kerja Sebulan, Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris Gelapkan Uang Rp 172 Juta

Megapolitan
Sudah 4 Bulan Permukiman Cipayung Depok Banjir, Akses Jalan Bulak Barat-Pasir Putih Terputus

Sudah 4 Bulan Permukiman Cipayung Depok Banjir, Akses Jalan Bulak Barat-Pasir Putih Terputus

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Segera Bangun RDF Plant Baru di Rorotan dan Pegadungan

Pemprov DKI Diminta Segera Bangun RDF Plant Baru di Rorotan dan Pegadungan

Megapolitan
Terima 256 Aduan Soal THR Lebaran 2024, Pemprov DKI Beri Tenggat Perusahaan hingga Akhir Tahun Ini

Terima 256 Aduan Soal THR Lebaran 2024, Pemprov DKI Beri Tenggat Perusahaan hingga Akhir Tahun Ini

Megapolitan
Banjir di Permukiman Depok Tak Surut 4 Bulan, Ketua RT Duga karena Tumpukan Sampah Tak Ditangani

Banjir di Permukiman Depok Tak Surut 4 Bulan, Ketua RT Duga karena Tumpukan Sampah Tak Ditangani

Megapolitan
Ulah Pengemudi Mobil Dinas Polri di Depok: Tabrak Motor lalu Kabur, Berujung Dibawa Satlantas

Ulah Pengemudi Mobil Dinas Polri di Depok: Tabrak Motor lalu Kabur, Berujung Dibawa Satlantas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com