Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesti Ongkos Tekor, PNS DKI Pasrah Naik Angkot

Kompas.com - 03/01/2014, 10:35 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak berdaya alias pasrah. Itulah kata yang tepat menggambarkan para pegawai negeri sipil atau PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mau tak mau dan suka tidak suka, mereka harus mematuhi Instruksi Gubernur Nomor 150 Tahun 2013 tentang penggunaan angkutan umum.

Gabriel Obi Pase (27) misalnya. Staf Sekretariat Dinas Energi dan Industri DKI Jakarta yang biasanya menggunakan motor saat berkantor di Jalan Jatibaru, Tanah Abang, mendapat sosialisasi Ingub pada 31 Desember2013 lalu. Mau tak mau, dia harus capek-capek naik transportasi dengan biaya yang mahal.

"Mau enggak mau memang harus kita lakukan. Sebagai pegawai negeri sipil kan kita memang harus ikut aturan yang ada," ujarnya kepada Kompas.com sebelum berkantor, Jumat (3/1/2014) pagi.

Kamis (2/1/2013) kemarin, ia mengaku mencoba membiasakan diri tidak naik motor dari rumahnya di Cibubur, Jakarta Timur, ke kantornya. Hasilnya, itu cukup memberatkan fisik dan kantongnya.

Biasanya, dengan menaiki motornya yang bertransmisi matic, dia merogoh uang bensin mencapai Rp 10.000 per hari. Tetapi, kini, dia bisa mengeluarkan ongkos Rp 57.000. Rumahnya memang jauh dari akses angkutan umum. Demi mengatasi cepat sampai kantor, ia menumpang ojek ke Stasiun UI dengan ongkos Rp 50.000 pulang-pergi.

Dari sana, ia naik commuter line dengan ongkos Rp 7.000 pulang-pergi. Soal kecepatan, dua skenario tersebut sama-sama dapat ditempuh dengan waktu 1,5 jam.

"Turun di Stasiun Tanah Abang. Dari sana tinggal jalan kaki saja ke kantor. Ya, lumayan ramai dan berdesak-desakan," ujarnya.

Secara garis besar, pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), tersebut setuju dengan Ingub tersebut selama hanya satu bulan sekali. Perhitungannya, jika jumlah PNS DKI sebanyak 80.000 dan setengahnya menggunakan kendaraan pribadi, bisa terbayang berapa pengurangan kendaraan pribadi di sejumlah jalan Jakarta.

"Tapi, ini saja sudah lumayan ngerepotin buat PNS yang tinggalnya jauh di pelosok Jakarta serta jauh dari akses angkutan umum kayak saya. Tapi, ya secara umum setuju-setuju saja," ucapnya.

Senada dengan Obi, Kepala Seksi Tenaga Pendidikan Budi Sulistiyono juga mesti desak-desakan di angkutan umum dari rumahnya di Plumpang, Jakarta Utara, ke kantor Wali Kota Jakarta Selatan dengan ongkos lebih mahal ketimbang sehari-harinya ia menaiki motor pribadi. Namun, toh ia tetap mematuhinya.

Terlebih lagi, Pemerintah Kota Jakarta Selatan, tempat di mana dia bekerja, menerapkan peraturan lebih ekstrem lagi, yakni tidak boleh menggunakan kendaraan pribadi, tidak hanya setiap Jumat pertama dalam satu bulannya, tetapi juga setiap hari selasa.

"Semestinya ada tahapan-tahapannya, tak langsung kayak gini, apalagi Wali Kota Jaksel jadi ikut-ikutan latah begini," ujarnya.

Seperti diketahui, Instruksi Gubernur Nomor 150 Tahun 2013 menyebut, mulai Jumat, seluruh pegawai negeri sipil Pemprov DKI dilarang menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan dinas. Kebijakan berlaku setiap Jumat pertama pada tiap bulannya.

Kebijakan itu tidak berlaku bagi petugas ambulans, patroli jalan raya, Dinas Pemadam Kebakaran, satpol PP, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, petugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman, petugas pompa, pengangkut sampah, pengangkut air kotor, petugas perpustakaan keliling, operasi yustisi, dan bus antar jemput pegawai.

Jumat pagi, Jokowi berangkat dari rumah dinasnya ke Balaikota menggunakan sepeda. Sementara wakilnya, Basuki, tetap menggunakan mobil dinasnya dengan alasan ia tidak termasuk dalam cakupan Ingub.

Beberapa pejabat Pemprov DKI juga mengikuti Jokowi naik sepeda, yakni Pelaksana Tugas Sekretaris Pemprov DKI Wiryatmoko, Kepala Bappeda Sarwo Handayani, Wali Kota Jakarta Selatan Syamsudin Noor, Deputi Gubernur Bidang Kependudukan dan Permukiman Syahrul Efendi, serta beberapa pejabat lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com