Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendatang Baru Dicemaskan, tetapi Terus Dibutuhkan

Kompas.com - 23/07/2015, 01:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran pendatang baru mulai terasa pada Rabu (22/7). Sebagian pendatang bahkan sudah ada yang mulai bekerja di sektor informal, seperti AA (28), yang berjualan jus buah di Taman Ayodya, Jakarta Selatan. Pria asal Ujung Kulon, Banten, itu baru dua hari tinggal di Jakarta menumpang di kos saudaranya. Seiring kehadiran pendatang baru, timbul keresahan warga yang lebih dulu tinggal di Jakarta.

Sukarsono (60), warga Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, khawatir, kedatangan orang daerah memberi efek buruk pada lingkungannya. "Kami khawatir kalau pendatang itu ternyata pengedar narkoba atau penyebar paham radikalisme," katanya, Selasa (21/7).

Beberapa pengurus kampung di Jakarta Pusat juga bersiap mendata penghuni rumah indekos. "Sudah dua kali ada kasus narkoba di kampung kami, pelakunya penghuni kos dan kami tidak tahu," kata Ketua RW 003, Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Totol Martyadinata.

Hal itu terjadi karena masih banyak pemilik kos yang malas melaporkan keberadaan penghuni kosnya kepada pengurus RT. Penghuni kos juga malas mengurus dokumen kependudukan yang benar.

Padat dan kumuh

Boleh dikatakan sebagian besar warga Jakarta saat ini adalah pendatang. Keberadaan pendatang ini menggerakkan ekonomi kota. Di sisi lain, fisik kota pun berubah. Ada yang menjadi gemerlap apik seperti kawasan Sudirman-Thamrin dan banyak kawasan tumbuh lainnya. Namun, sebagian menjadi padat kumuh.

Sukarsono yang tinggal di Kelurahan Cipulir sejak tahun 1975 mengatakan, saat itu suasana kampung masih sepi. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan. Selain itu, di sekitar tempat tinggalnya banyak pohon rimbun. Kini, Kelurahan Cipulir termasuk sebagai permukiman padat penduduk.

Lebar jalan permukiman RT 006 RW 004, Kelurahan Cipulir, hanya 1,5-2 meter. Jalan itu hanya bisa dilalui dua orang yang berjalan beriringan. Rumah penduduk dibangun berdempet-dempetan. Untuk mencegah peristiwa yang kurang mengenakan, Sukarsono kini ditugasi menjadi mitra polisi. Dia dibekali handy talkie untuk melaporkan berbagai kejadian luar biasa di wilayahnya. Kejadian dilaporkan ke kantor Kepolisian Sektor Kebayoran Lama.

"Saya akan segera melaporkan kejadian luar biasa, seperti ada tawuran atau warga yang kedapatan membawa senjata tajam," tutur Sukarsono.

Tabroni, Ketua RT 006 RW 004, Kelurahan Cipulir, menuturkan, dirinya pernah menjumpai pendatang baru yang bersikap mencurigakan. Pendatang baru itu sudah lebih dari sebulan tinggal di Kelurahan Cipulir. "Saat saya ingin melihat KTP-nya untuk pendataan, orang itu malah pindah tempat tinggal," katanya.

Tabroni rutin mendata para pendatang. Warga yang memutuskan tinggal dalam waktu lama diminta melengkapi data dengan surat pindah dari daerah masing-masing. Surat dipakai untuk membuat KTP DKI Jakarta.

Menurut dia, setiap tahun wilayahnya kedatangan 5-10 orang baru. Mereka tinggal menumpang di rumah saudara, menyewa rumah kontrakan, atau indekos.

Serap tenaga kerja

Kecamatan Tambora menjadi salah satu daerah favorit pendatang baru. Pasalnya, kawasan ini dekat dengan pusat perdagangan dan sentra usaha konfeksi rumahan yang memasok barang ke Pasar Tanah Abang.

Kelurahan Krendang, Kecamatan Tambora, misalnya, memiliki banyak kos dan kontrakan murah. Muhammad Solihin (36), warga setempat, mengatakan, biaya menyewa satu kamar kos ukuran 2 x 1,5 meter Rp 350.000-Rp 400.000 per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com