Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curahan Hati Penghuni Terhadap Mafia Rusun Marunda

Kompas.com - 31/10/2015, 09:00 WIB
Bhirawa mbani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang siswi SMP melintas di depan gerbang masuk rusunawa Marunda Kluster 9, Blok 3 pada Jumat, (30/10). Di depannya warga sedang bercakap di sebuah warung.

Tidak jauh dari warung tersebut terlihat lantai dasar dari Kluster 9. Hanya ada beberapa motor dan penghuni yang bersantai di dalam unit kamar. Bagi penghuni yang tidak ingin disebut namanya, kedatangan Kompas.com adalah kesempatan curhat mengenai apa yang dialami selama kurang lebih tiga tahun tinggal di tempat itu.

Saat ditanya mengenai razia pada Rabu (28/10) ia lantas menceritakan mengenai awal mula tinggal di tempat ini sampai paham proses permainan mafia pembelian unit di rusun Marunda.

"Saya di situ sudah hampir tiga tahunan. Awalnya saya belum mengenal kepribadian dia seperti apa," terangnya.

"Saya tahu kalau si mafia ini berasal dari Tanjungwangi. Lama kelamaan orang ini bermain. Setiap ada kamar kosong, dia sweeping. Ingin tahu orang ini datang apa tidak, masih dihuni apa tidak," lanjutnya.

"Dia mencari mangsa kira-kira siapa yang butuh rumah susun. Terus masalah surat-menyurat, kartu penduduk, KTP itu orang dia semua," sebutnya. (Baca: Razia Mendadak Penghuni Rusun Marunda)

Kegiatan seperti ini tentu tidak sendirian? "Ya, ada lima orang. Jadi lima orang itu yang pertama ada yang bertugas mengurus surat-menyurat di kelurahan. Itu namanya sering dipanggil Bude Har. Jadi misalkan ada yang butuh kamar, dia bilang gampang kalau butuh KTP sama KK saya yang atur," jelasnya.

"Ada juga suaminya Bude Har. Dia mem-backup, sewaktu-waktu kalau ada sidak itu di rumah susun. Misalnya, rumah ini, ga pernah ditempatin, disegel. Sama dia ditutupin, seolah-olah ada orangnya," bilangnya.

"Lalu ada namanya Ipunk yang saya bilang diandalkan oleh kelompok ini karena dirasa sebagai orang pintar," katanya. (Baca: Masih Ada Puluhan Penghuni Ilegal di Rusunawa Marunda)

Sumber Kompas.com ini pun menyebut pelaku yang mencari pasien. "Namanya Pak Darwana. Kira-kira ada kamar yang sudah disiapin, baru dia cari yang berminat. Dia surat-menyurat di Jatibaru, kantor pengelola. Kalau ada yang belum punya SP, melalui dia," ujarnya.

Dia mengatakan praktik ini sudah berjalan tiga tahun. "Saya sebenarnya ga ngurusin orang lain, tapi sikapnya orang ini tuh ga ngenakin gitu, meresahkan. Makanya, warga tidak senang dengan orang seperti itu," jelasnya.

Dia pun berharap kalau perilaku yang meresahkan penghuni rusunawa Marunda ini ditindaklanjuti. "Supaya penghuni tentram, damai, enak buat istirahat juga ga ada yang namanya keributan," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Jadi Tersangka Pembunuhan Sang Ayah

Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Jadi Tersangka Pembunuhan Sang Ayah

Megapolitan
Benyamin-Pilar Bakal Datangi DPP PDIP Hari Ini, Sebut Terkait Pilkada Tangsel

Benyamin-Pilar Bakal Datangi DPP PDIP Hari Ini, Sebut Terkait Pilkada Tangsel

Megapolitan
Soal Sosok Ideal Gubernur Jakarta, Pengamat: Harus Tahu Tentang Jakarta

Soal Sosok Ideal Gubernur Jakarta, Pengamat: Harus Tahu Tentang Jakarta

Megapolitan
Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Megapolitan
Suami Bakar Istri di Tangerang, Pelaku Disebut Kesal Sering Dituduh Selingkuh

Suami Bakar Istri di Tangerang, Pelaku Disebut Kesal Sering Dituduh Selingkuh

Megapolitan
Saksikan Aksi Gila Suami Bakar Istri, Warga Cipondoh Langsung Bantu Padamkan Api

Saksikan Aksi Gila Suami Bakar Istri, Warga Cipondoh Langsung Bantu Padamkan Api

Megapolitan
Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Orangtua Nilai Proses Tak Transparan

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Orangtua Nilai Proses Tak Transparan

Megapolitan
Dishub Jakarta Selatan Tertibkan Parkir Liar di Senopati Jaksel

Dishub Jakarta Selatan Tertibkan Parkir Liar di Senopati Jaksel

Megapolitan
Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Megapolitan
Sakit Hati Ditanya 'Mau Makan Apa', Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Sakit Hati Ditanya "Mau Makan Apa", Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Megapolitan
Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Megapolitan
PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

Megapolitan
Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Megapolitan
Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com