"Boro-boro ada kamar tidur. Langsung aja geletak di dalam," jawab istri Man, ER sambil menggantung pakaian di tali jemuran depan gubuk.
Mulai lelah
Usai memilah sampah, Man menyempatkan diri beristirahat dan makan siang. Tengah hari, ia kembali mendaki bukit.
Man biasanya menargetkan selepas tengah hari untuk mencari mainan anak atau benda lain selain plastik dan botol.
Kali ini ia biasanya dua kali naik turun bukit sampah. Syukur-syukur kalau ketemu barang berharga yang ikut terbuang.
"Tadi saya dapat handphone cuma sudah mati. Pernah juga dapat uang tapi enggak banyak. Paling koin atau ribuan, itu juga jarang. Ada juga dapat emas, tapi emas yang bikin lari," ujar Man, seraya tertawa.
Man mengakui tubuhnya semakin letih untuk memulung. Maklum, selain bukit sampah yang kian menjulang tinggi, pemulung di dalam Bantargebang pun semakin banyak.
Pulungan pun yang punya nilai jual seperti botol plastik dan lain-lain jadi semakin sulit dicari.
"Dulu pertama kali ini buka masih dua orang saya sama teman. Tapi sekarang sudah ratusan orang kali," ujar bapak berkulit cokelat gelap itu.