Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dari Mana Kita Tahu Penyebab Kematian Mirna dari Sianida?"

Kompas.com - 21/06/2016, 14:41 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanggapan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada sidang lanjutan mengadili Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016), dinilai masih belum jelas.

Tim kuasa hukum Jessica menyoroti tentang keterangan dalam visum et repertum atau hasil visum jenazah Wayan Mirna Salihin yang tidak didapati ada zat natrium sianida sama sekali, ditambah hal tersebut tidak dijelaskan oleh Jaksa Penuntut Umum.

"Sebab matinya orang dalam visum et repertum bukan termasuk materi atau pokok perkara. Karena, kalau ada pembunuhan berencana dengan sianida, harus diuraikan dengan pasti sianida ini penyebab matinya korban. Di dalam dakwaan, tidak ada satupun keterangan, baik dokter, yang menyatakan berapa jumlah sianida di tubuh korban yang mematikan si korban," kata kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan, kepada Kompas.com.

Menurut Otto, jaksa mendasarkan dakwaan pembunuhan berencana kepada Jessica dalam kasus ini dengan fakta berapa jumlah sianida yang tersisa di gelas kopi vietnam yang diminum Mirna, bukan berapa kandungan sianida pada tubuh Mirna. Dari hal tersebut, kuasa hukum Jessica tetap menganggap dakwaan jaksa tidak jelas dan kabur.

"Yang diuraikan adalah jumlah sianida di minuman yang tidak diminum almarhum Mirna. Dari mana kita tahu penyebab kematian Mirna adalah sianida? Berarti dakwaan ini kan tidak jelas," tutur Otto. (Baca: Jaksa Tegaskan Tak Ada "Missing Link" dalam Dakwaan Pembunuhan Berencana Jessica)

Pada sidang lanjutan hari ini, jaksa menyatakan menolak seluruh eksepsi Jessica. Jaksa menilai, materi eksepsi Jessica keliru karena salah satunya tidak memperhatikan apa yang subjek lakukan, tetapi hanya fokus pada objek, yakni alat untuk melakukan tindak pidana.

Selain itu, ketika materi dakwaan dibacakan, Jessica juga dianggap telah memahami isi dakwaan untuk dirinya karena setelah dibacakan dan ditanyakan kepada Jessica, dia mengatakan mengerti materi dakwaan tersebut.

Kompas TV Jaksa: Jessica Susun "Paper Bag" agar Tak Terlihat Taruh Racun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com