Untuk kawasan bantaran yang masih hijau, seperti di kawasan Condet di Jakarta Timur dan Pejaten di Jakarta Selatan, pemanfaatan kawasan bantaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan warga setempat. Oleh karena itu, peraturan tentang bantaran ini disusun per sungai untuk mengakomodasi dinamika masyarakat di sepanjang sungai yang sangat beragam.
”Jika warga menghendaki bantaran itu untuk arena bermain anak, bisa saja. Jika membutuhkan jalan inspeksi untuk alat berat, dapat dibangun agak jauh dari bantaran,” kata Iskandar.
Guru Besar Manajemen Sumberdaya Perairan Institut Pertanian Bogor Prof Sulistiono mengatakan, untuk membenahi semua sungai di Jakarta, diperlukan waktu setidaknya 20 tahun. Lima tahun pertama untuk penghijauan daerah hulu, lima tahun kedua pembangunan embung dan waduk untuk menampung aliran sungai, lima tahun ketiga untuk perbaikan saluran termasuk normalisasi sungai di hilir, serta lima tahun terakhir pembangunan waduk di hilir.
”Perlu sinergi antara daerah hulu dan hilir, mulai dari pemerintah hingga warga agar kualitas air sungai membaik,” tutur Sulistiono.
Sebagian warga sudah memulai menjaga sungai dengan berbagai cara. Meski pada akhirnya kita semua harus turut terlibat. Saat ini, yang dibutuhkan adalah akses dan ruang bagi warga untuk menjaga sungai itu agar tetap lestari.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 November 2016, di halaman 1 dengan judul "Bocah Bantar Sungai Ciliwung Pun Ikut Ceria".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.