Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarif: Pak Djarot Dikerjai Wali Kota dan Bappeda

Kompas.com - 26/08/2017, 19:28 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Syarif menilai, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dipermainkan oleh anak buahnya terkait dihapusnya anggaran pengadaan lahan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dalam Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) DKI 2017.

"Pak Djarot kurang informasi. Dia 'dikerjai' wali kota dan Bappeda. Komisi A justru mempertahankan anggaran ini tetap ada agar ada tanggung jawab Bapeda, BPAD, dan wali kota," ujar Syarif ketika dihubungi, Sabtu (26/8/2017).

(Baca juga: Djarot: Apakah Pemerintahan Berikutnya Masih Membangun RPTRA? )

Syarif bercerita, anggaran pengadaan lahan di tiap wali kota sudah dibahas sejak Oktober 2016 dalam rapim bersama mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Pada November 2016, keluar keputusan gubernur untuk menegaskan wewenang wali kota dalam hal pengadaan tanah.

Kemudian, rencana anggaran itu pun dibawa ke DPRD DKI dalam pembahasan APBD DKI 2017.

"Komisi A bahas bulan Desember, dulu kita ragu, jangan deh karena ini pekerjaan dinas lain. Tapi kata para wali kota ini perintah Pak Gubernur untuk dilaksanakan," kata Syarif.

Setelah APBD DKI 2017 disahkan, jajaran wali kota seharusnya mulai mencari dan melakukan pembebasan lahan untuk RPTRA.

Pada Mei 2017, ada perubahan Kepgub yang isinya merevisi kode rekening dari Kepgub yang lama. Pada Juli 2017, anggaran pengadaan lahan untuk RPTRA justru dimatikan.

"Berarti kan dari Januari sampai Mei, wali kota enggak ngapa-ngapain," kata Syarif. Padahal, seharusnya proses pembebasan lahan sudah bisa dilakukan sebelum Kepgub direvisi.

Setelah Kepgub direvisi, jajaran wali kota bisa memperbaiki kode rekening, bukan malah mematikan anggaran.

"Kalau salah kode rekening, harusnya TAPD memperbaiki bukan langsung mematikan. Ada apa ini?" kata dia.

Menurut Syarif, seharusnya jajaran wali kota dan Bappeda bertanggung jawab atas kebijakan pimpinannya.

Dia menduga, tidak adanya Ahok membuat mereka menjadi berani melepaskan tanggung jawab atas kebijakan Ahok sebelumnya.

(Baca juga: Pengadaan Lahan RPTRA Terancam Gagal Dieksekusi pada 2017)

Pada detik-detik terakhir pembahasan KUPA-PPAS, kata Syarif, wali kota sempat bersedia menghidupkan kembali anggaran itu.

Namun, langkah itu kembali batal karena tidak ada anggarannya. Menurut Syarif, seharusnya anggaran pengadaan lahan RPTRA itu tetap dimasukan. Masalah anggaran seharusnya diurus oleh tim anggaran pemerintah daerah (TAPD).

"Jadi kalau pertanyaan Pak Djarot tadi disengaja atau tidak, silakan pimpinan membacanya. Kalau saya sih mengatakan sengaja," ujar Syarif.

Kompas TV Pemberdayaan Preman - Berkas KOMPAS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com