"Jujur lebih pilih macet. Pertama, meski macet gue bisa atur ritme sendiri dengan motor yang gue gunakan. Kedua, macet itu enggak setiap hari di jalan yang sama. Di saat-saat tertentu meski jam sibuk jalanan itu ada kalanya lengang," kata Akbar.
Warga Lenteng Agung lainnya, Dwi (27), memilih naik motor karena ongkos yang harus dikeluarkannya saat naik KRL lebih mahal.
Saat menggunakan motor, Dwi mengaku mengeluarkan Rp 50.000 untuk bahan bakar dari rumah ke tempat kerja pulang pergi selama lima hari.
Sementara itu, jika naik KRL, Dwi mengaku harus mengeluarkan ongkos Rp 12.000 dalam satu hari.
Ongkos itu masing-masing digunakan untuk ongkos ojek dari rumah ke Stasiun Lenteng Rp 3.000, naik KRL dari Stasiun Lenteng ke Gondangdia Rp 3.000, ongkos balik dari Gondangdia ke Lenteng Rp 3.000, dan ongkos ojek dari Stasiun Lenteng kembali ke rumah Rp 3.000.
Menurut Dwi, ongkos bisa sedikit naik jika dari rumah ke stasiun menggunakan motor. "Karena kalau bawa kendaraan markir di stasiun Rp 8.000," ujar Dwi.
Ia menyatakan akan pindah naik KRL jika parkir di stasiun digratiskan. "Parkir di stasiun gratis. Karena itu kan bukan bisa mengurangi pengeluaran juga," ujar dia.
(Baca juga: Perluasan Larangan Sepeda Motor di Jakarta yang Menuai Kontra...)
Pengguna motor lainnya, Tama (25), menyampaikan hal senada. Warga yang tinggal di Jalan Margonda Depok ini menilaim ongkos yang harus dikeluarkannya untuk naik transportasi umum lebih mahal ketimbang naik motor.
Tama sehari-hari bekerja di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. Jika naik transportasi umum, ongkos yang harus dikeluarkannya dalam sehari bisa mencapai Rp 13.000.
Ongkos tersebut digunakan untuk biaya naik KRL dari Stasiun Pondok Cina-Stasiun Sudirman pulang pergi Rp 6.000 dan biaya naik transjakarta dari Stasiun Sudirman ke tempat kerja di Semanggi pulang pergi Rp 7.000. "Kalau naik motor lumayan Rp 20.00 bisa buat tiga hari," ujar Tama.
Skema "push and pull"
Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto berpendapat bahwa untuk bisa membuat warga beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum dibutuhkan skema "pull and push".
Menurut Yoga, pull adalah gerakan untuk menarik orang keluar dari kendaraan pribadi dan berpindah ke angkutan.
Caranya dengan memperbaiki angkutan umum, mengurangi biaya tiket, dan promosi angkutan umum.
Yoga menilai, dalam perkembangannya, berbagai upaya terkait skema pull yang dilakukan pemerintah untuk memindahkan warga Jabodetabek beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum ini tak cukup berhasil.